MENUNGGUI orang memasak biasanya tak enak. Harus tahan asap, kadang juga harus menahan-nahan bersin akibat bau bumbu yang menyegrak hidung. Tapi menunggui Letjen (Purn.) H.R. Dharsono memasak, orang tega berkerumun. Itu terjadi saat lomba masak yang diselenggarakan Radio MARA, Bandung, Ahad pekan lalu. Mantan Sekjen ASEAN berusia 68 tahun ini tampil di antara 50 peserta lomba nasi goreng untuk kelompok peserta bapak-bapak. Apa tak gugup ditonton banyak orang? ''Lo, saya sudah biasa masak, jadi ya santai saja,'' ujar bekas Pangdam Siliwangi itu kepada Ida Farida dari TEMPO. Tak ada kesan canggung, memang. Dengan cekatan, Pak Ton demikian panggilan akrab H.R. Dharsono meracik cabe, bawang goreng, dan bumbu lainnya. Panitia menyediakan waktu 30 menit, tapi H.R. Dharsono hanya butuh waktu 20 menit. Sayang, ia tak menang. Tapi ia jadi peserta tercepat. Dan yang penting, ini adalah penampilan publik pertama bagi Dharsono sejak menderita sakit beberapa bulan lalu dan setelah sekian lama mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Bagi Pak Ton, soal masak-memasak bukan hal asing. Kemahiran itu bertambah tatkala ia berada di dalam LP ia dihukum 5 tahun 10 bulan karena dianggap terlibat pengeboman BCA dan penyusunan Lembaran Putih Peristiwa Tanjungpriok. ''Selama dipenjara, saya paling suka masak gulai dan nasi goreng,'' ujar Ton. Tapi kenapa tak menang juga? Pak Ton cuma tertawa. Yang penting bagi dia, katanya, adalah bisa ikut memeriahkan Radio MARA, tempat ia menyalurkan kegemarannya sebagai penyiar radio, yang dulu pernah melambungkan namanya sebagai Bang Kalong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini