Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Eddie Marzuki Nalapraya mendapat kenang-kenangan dari mantan mahasiswa yang pernah ia tahan. Setelah memperoleh penghargaan Anugerah Budaya 2018 di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Kamis tiga pekan lalu, ia menerima lukisan kaligrafi Surat Al-Baqarah 214 karya salah seorang bekas tahanan, Dipo Alam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertemuan itu mengingatkannya pada peristiwa 40 tahun silam. Saat menjabat Asisten Intelijen Pelaksana Khusus Daerah Jaya pada 1978, Eddie yang berpangkat kolonel mendapat tugas menangkap ratusan aktivis mahasiswa, yang antara lain menolak Soeharto maju lagi sebagai calon presiden dalam Pemilihan Umum 1977. "Saya tangkap dan serahkan ke polisi, diproses kejaksaan. Ada yang bebas, ada yang dihukum beberapa bulan, di antaranya Dipo Alam," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Eddie, 86 tahun, mengatakan penangkapan itu atas perintah mantan Asisten Intelijen Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, Benny Moerdani. Menurut dia, Dipo cs adalah sasaran pemerintah pusat. "Tapi saya yang disuruh nangkep," katanya.
Saat melepas mahasiswa yang ditahan sekitar tujuh bulan, Eddie sempat menangis. "Saya terharu. Mungkin saya merasa terlampau keras dan saya menyadari itu."
Dipo mengungkapkan, setelah ia dibebaskan, Eddie mengundangnya bertemu di suatu tempat untuk minta maaf. "Air matanya keluar, mungkin karena dia tahu kami enggak bersalah," ucap Sekretaris Kabinet periode 2010-2014 itu . Ia pun menanyakan ihwal penahanannya. "Dia (Eddie) enggak bisa bilang, katanya itu perintah atasan."
Hubungan Dipo dengan Eddie tetap baik setelah itu. Bahkan Dipo menganggap Eddie sebagai orang tua sendiri. Dipo mengatakan lukisan itu ia berikan sebagai bentuk penghargaan. "Surat ini (Al-Baqarah 214) artinya ketahuilah bahwa pertolongan Tuhan itu sangat dekat."
Eddie kembali menitikkan air mata saat menerima lukisan tersebut. "Saya jadi ingat kejadian itu, haru," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 1984-1987 itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo