Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ahmad Basarah, 49 tahun, tak pernah melupakan pengalamannya menembus Markas Besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia di era Orde Baru. Kala itu, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini salah satu aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ini berkisah, saat menjadi Sekretaris Jenderal Presidium GMNI pada 1996, ia menggalang mahasiswa mengkritik pemerintahan Presiden Soeharto. "Terbentuklah Forum Kebangsaan Pemuda Indonesia (FKPI), yang terdiri atas sebelas organisasi mahasiswa dan pemuda," kata Basarah, Selasa dua pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 2 Februari 1997, FKPI menggelar unjuk rasa di Markas Besar ABRI, Cilangkap, Jakarta Timur, dengan tuntutan Soeharto lengser. Aksi tak berhenti di depan markas. Seratusan pemimpin organisasi yang tergabung dalam FKPI mencoba masuk ke halaman markas.
Percobaan itu berjalan mulus. Petugas jaga mempersilakan Basarah dan kawan-kawan masuk ke halaman Markas Besar ABRI. Tanpa pikir panjang, mereka pun membentangkan spanduk yang meminta Soeharto turun dari jabatannya dan tidak mencalonkan diri lagi dalam Sidang Istimewa MPR berikutnya. "Kami pun dipukul dan dihalau keluar dari Markas Besar ABRI dengan kawalan ketat," ujarnya.
Usut punya usut, para aktivis FKPI bisa masuk dengan mudah karena petugas jaga mengira mereka berasal dari Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan dan Putra-Putri ABRI (FKPPI). "Petugas jaganya salah paham. Yang dia dengar, kami adalah FKPPI. Padahal kami dari FKPI, he-he-he…."
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo