Pertunjukan perkusi berskala internasional, Sacred Rhythm Festival, di Jimbaran, Bali, masih sembilan bulan lagi, tapi kesibukan Enny Anggraeni Hardjanto, 50 tahun, sudah terasa memuncak. Sebagai Direktur Pemasaran Yayasan Titian Budaya, Enny bertanggung jawab mencari biaya pementasan yang akan digelar 29 Desember 1999 sampai 3 Januari 2000 itu, yang diperkirakan mencapai Rp 10 miliar.
Penunjukan wanita kelahiran Yogya berputri tiga itu dalam urusan ini sungguh tepat. Enny tahu betul bagaimana menjual acara tersebut. Langkah pertama mantan Direktur Pemasaran Citibank ini adalah menyosialisasikan perkusi dengan membuat pertunjukan perkusi Toni Prabowo di Jakarta, pertengahan Maret lalu. Selain mengenalkannya kepada masyarakat, acara itu juga bertujuan menggaet donatur dari lembaga nasional dan internasional, seperti UNESCO. "Kalau sponsor, baru didekati akhir tahun nanti, supaya mereka bisa melihat dulu proyek yang sudah dikerjakan," kata Enny, yang tetap tenang meskipun kini dana yang terkumpul baru ratusan ribu rupiah.
Bagi Enny, dunia pemasaran sudah menjadi bagian dari hidupnya. Lebih dari seperempat abad dihabiskannya untuk menjual produk dan jasa. Pengalaman pertamanya adalah memasarkan obat batuk Benadryl dan obat sakit mag Mylanta, pada 1973. Ketika itu, kedua barang farmasi tersebut hanya bisa dibeli dengan resep dokter. Dan Enny-lah yang memangkas jalur "birokrasi" itu sehingga keduanya bisa dijual bebas. Caranya? "Membina hubungan yang baik dengan dokter supaya bisa membantu menyosialisasikannya ke masyarakat," ujar jebolan fakultas kedokteran sebuah universitas di Belgia ini.
Jurus sosialisasi itu pula yang diterapkan konsultan beberapa bank ini ketika memasarkan kartu kredit Citibank. Pada masa itu, duit plastik masih menjadi barang asing dan tugas Enny-lah untuk memopulerkannya. Strateginya, dengan menciptakan kartu kredit yang tak mengharuskan konsumen menyimpan sejumlah dana di Citibank, segera membuahkan hasil. Dalam tempo sekejap, bank tempatnya bekerja diserbu ribuan peminat. Sejak saat itu, penggemar Bee Gees, The Beatles, dan Rolling Stones ini mendapat julukan "Ratu Pemasaran"—sebuah julukan yang benar-benar memasarkan namanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini