Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kelihatan Anda serius sekali memerankan tokoh Mak Lampir?
Tokoh Mak Lampir ini sebenarnya sudah populer. Saya harus bisa tampil sempurna memerankan tokoh ini. Penampilannya harus tampak seram dan menakutkan.
Kok, Anda mau menjadi Mak Lampir?
Tokoh Mak Lampir ini, selain dibenci, juga dikangeni, kok. Banyak orang yang mau foto dengan Mak Lampir. Kalau jalan-jalan ke mal, banyak orang yang salaman dengan saya, termasuk anak-anak kecil.
Nggak takut kualat atau kesurupan?
Setiap mulai kerja, baca bismillah. Lagipula, kami selamatan dulu, kami mengundang seorang kiai untuk mengucapkan doa untuk keselamatan kru.
Ngomong-ngomong, pernah didatangi roh Mak Lampir dari Gunung Merapi nggak?
Saya sendiri Mak Lampir, kalau teman-teman dari Gunung Merapi mau datang, ya silakan saja, hi-hi-hi....
Jadi, Anda nggak risi dengan peran Mak Lampir?
Hi-hi-hi..., saya memang Mak Lampir, hi-hi-hi....
Anda juga ustazah?
Kebetulan saja. Setelah naik haji, saya terpanggil untuk melakukan syiar agama, tapi saya tak mau dibayar. Hasil dari peran Mak Lampir ini juga harus saya bagikan.
Mak Lampir baik, dong?
Iya, dong. Mak Lampir kan kalau di luar film baik, juga dikangeni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo