Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Fasli Jalal dan Kombinasi Masakan Padang

Fasli Jalal menjadi pelanggan tetap lapak nasi Kapau di Senen, Jakarta Pusat. Bagaimana caranya meminimalkan dampak kolesterol?

12 Desember 2024 | 07.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Rektor Universitas Yarsi Prof Fasli Jalal di kantor Rektorat Universitas Yarsi, Cempaka Putih, Jakarta, 10 Desember 2024. Tempo/Ilham Balindra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Fasli Jalal menjadi pelanggan tetap lapak nasi Kapau di Senen, Jakarta Pusat.

  • Menu favorit mantan Wakil Menteri Pendidikan yang kini Rektor Universitas Yarsi itu adalah bubur kampiun.

  • Fasli Jalal tak takut terkena penyakit kolesterol karena mengatur komposisi makanan yang ia pesan.

MENJADI Rektor Universitas Yarsi membuka peluang baru bagi Fasli Jalal. Aksesnya ke Sentra Kuliner Nasi Kapau di Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, terbuka lebar. Sebab, kampusnya di Cempaka Putih berjarak tak sampai 3 kilometer dari Senen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fasli, 71 tahun, adalah mantan dosen yang lama berkarier di Kementerian Pendidikan sebelum menjadi Wakil Menteri Pendidikan pada 2010-2011. Dia kemudian menjadi Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, BKKBN, pada 2013-2014. Dia kembali ke rumah lamanya di dunia akademik sejak diangkat sebagai Rektor Universitas Yarsi pada 31 Januari 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sedikitnya sebulan sekali, sepulang dari kampus, dia mampir ke deretan lapak nasi Kapau di Senen. Pesanannya macam-macam, di antaranya nasi Kapau, lamang tapai, juga bubur kampiun. Semuanya masakan khas Sumatera Barat, kampung halaman Fasli, yang lahir di Padang Panjang, 1 September 1953. "Saya bungkus dan bawa pulang karena juga pesanan istri dan anak-anak," kata ayah tiga anak ini kepada Tempo pada Selasa, 10 Desember 2024.

Menu wajib Fasli adalah bubur kampiun. Sajian asal Bukittinggi ini memadukan aneka jenis bubur manis dalam satu mangkuk, biasanya terdiri atas bubur sumsum, ketan hitam, kacang hijau, kolak pisang atau ubi, dan ketan putih.

Banyak orang menilai masakan Padang—sebutan umum hidangan dari Sumatera Barat—tak baik bagi tubuh karena mengandung banyak kolesterol. Tapi Fasli santai-santai saja. Guru Besar Ilmu Gizi Universitas Andalas, Padang, itu mengatakan kita sebagai konsumen tetap bisa memilih. Bubur kampiun, misalnya, memang kebanyakan mengandung karbohidrat. "Tinggal kita kombinasikan, mana yang mau kita kurangi," tuturnya. "Mau kurangi gula atau mengganti gula pasir dengan gula aren juga boleh."

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ihsan Reliubun

Ihsan Reliubun

Menjadi wartawan Tempo sejak 2022. Meliput isu seni dan budaya hingga kriminalitas. Lulusan jurnalistik di Institut Agama Islam Negeri Ambon. Alumni pers mahasiswa "Lintas"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus