Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagian dari orang-orang itu disebut pemimpin, yang dalam ungkapan Hatta disebut sebagai "orang yang menghadapi kekuasaan kolonial dan [dia] memenangkan kemerdekaan bagi negerinya". Ada pula seniman, seperti Chairil Anwar, yang di tangannya bahasa Indonesia menjadi hidup, cerdas, penuh vitalitas—sebelum ambruk di tangan para pejabat Orde Baru menjadi bahasa yang penuh hipokrisi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo