B ILA seorang koreografer kondang bertemu dengan penari cantik, lahirlah sebuah perhelatan akbar. Tak yakin? Intip saja perayaan perkawinan Guruh Sukarno Putra, 49 tahun, dan istrinya, Sabina Padmavati, 23 tahun, akhir pekan lalu. Sang suami yang dikenal sebagai politisi dan perancang tari tampak gagah. Istrinya, seorang penari dari Uzbekistan, kelihatan bercahaya dan anggun. Ribuan tamu undangan pun terkagum-kagum.
Ada kabar, perhelatan di Puri Sriwijaya, Jakarta Selatan, itu berkat sumbangan Rp 3 miliar dari keluarga Presiden Megawati. Tapi sumbangan sempat sulit dicairkan karena dikirim ke rekening keluarga Sukarno. Gara-garanya, salah satu kakak Guruh enggan meneken pencairannya.
Betulkah? Ditemui oleh wartawan TEMPO Hadriani Pudjiarti pekan lalu, Guruh menjelaskan isu ini. Dia pun membentangkan rancangan karirnya di masa depan.
Benarkah Anda mendapat sumbangan Rp 3 miliar dari keluarga Presiden?
Berita itu tidak benar, hanya isapan jempol. Kami juga tidak punya rekening keluarga. Tampaknya berita itu sengaja ditiupkan buat memecah belah atau mengadu domba keluarga Bung Karno. Dalam pernikahan ini semua membantu saya. Bila selama ini ada perbedaan di antara kakak saya, itu soal perbedaan biasa, tidak mengarah ke urusan perpecahan keluarga.
Jadi Anda tidak menerima sumbangan sama sekali?
Ada bantuan dan sumbangan sukarela dari berbagai pihak yang tidak mungkin saya tolak. Sebagian saya salurkan ke rekening sumbangan kemanusiaan untuk membantu korban tragedi Bali. Mohon maaf, saya tidak bisa menyebut jumlahnya.
Apakah Anda telah mendapat restu dari kakak-kakak Anda?
Ya, sudah ada restu dari mereka (Guruh berucap sangat datar). Intinya, mereka senang karena saya sudah memiliki pasangan. Mungkin ini memang jalan yang Tuhan berikan kepada saya.
Setelah menikah, Anda akan lebih berfokus ke dunia politik atau seni?
Semua akan berjalan seimbang. Dalam hidup saya keduanya penting dan tidak bisa dinafikan yang salah satunya.
Apa betul Anda diproyeksikan untuk menjadi Ketua Umum PDIP, menggantikan kakak Anda Megawati?
Kita lihat saja nanti. Segala sesuatu, masukan rakyat mesti saya respons dengan baik.
Anda juga siap jika dijagokan jadi presiden pada tahun 2004?
Tergantung kemauan rakyat. Seluruh warga negara harus siap menerima panggilan Ibu Pertiwi, siap menjadi pemimpin bangsa. Sebagai pengabdian maksimal, bila rakyat menghendaki, saya siap melakukan tugas itu.
Dulu, sebelum jadi presiden, Megawati sering pergi ke makam Bung Karno di Blitar. Untuk mempersiapkan diri, apakah Anda juga akan melakukannya?
Itu tidak benar. Ke makam bukan karena ingin jadi presiden. Dalam tradisi keluarga kami, ziarah ke makam bapak-ibu itu suatu kewajiban. Soal bertemu dengan Bapak, semua anak-anak Bung Karno pasti memiliki pengalaman istimewa dengan Bapak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini