Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Kritikan Tajam

Her Tasning, Dubes RI di Australia, dikritik partai Liberal Australia. Dikatakan pemerintah Soeharto lebih buruk dari Soekarno. Bantuan asing banyak mengalir ke kantong para jenderal.

15 September 1973 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPERTI juga Dubes Letjen Alamsyah di Amsterdam, dubes mayjen ler ning sedang tidak nyaman di posnya yang baru, Australia. Bukan karena fasilitas para Dubes, Indonesia itu dikurangi melainkan karena harus melayani serangan-serangan orang-orang di sana liwat pers terhadap pemerintah Jakarta, Tapi sementara di Negeri Belanda, Dubes Alamsyah sibuk menghadapi serangan dari golongan kiri, di Australia serangan itu jnstru -- dan ini agak di luar dugaan -- datangnya dari golongan kanan yang selama ini justru dipandang dekat dengan pemerintah Indonesia sekarang. Serangan paling tajam datang dari D.L. Chipp -- anggota parlemen dari partai Liberal dan bekas Menteri Bea Cukai yang juga pernah mendapat penghargaan dari Majelis Ekonomi Indonesia karena "menunjukkan kekagumannya pada badan peradilan Indonesia yang telah merrjatuhkan hkuman kepada seorang pemuda Australia yang tertangkap basah menyelundupkan mariyuhana". Dalam satu seri artikel terdiri atas 3 bagian yang disiarkan oleh harian The Age di Melbourne beberapa waktu berselang, Chipp membandingkan keadaan Indonesia sekarang dengan keadaan di tahun 1970 ketika ia mengepalai delegasi Parlemen Australia ke Indonesia dan sempat pula diterima Presiden Suharto di istana. Di samping masalah tahanan politik, Don Chipp -- yang baru pulang dari mengadakan perjalanan ke berbagai negara Asia Tenggara termasuk Indonesia -- menuduh bahwa sogok, korupsi dan sebangsanya di Indonesia sekarang, masih seburuk jika tidak lebih buruk, daripada di zaman pemerintahan Soekarno. Menyinggung soal bantuan luar negeri, Chipp menuduh pula bahwa bagian terbesar dari bantuan luar-negeri yang diterima Indonesia sekarang mengalir ke dalam kantong pribadi-pribadi para jenderal yang kini menjadi bagian dari elite penguasa serta politisi-politisi tingkat atas. Selama 3 tahun antara 1970 -- 1973 Indonesia, menurut Chipp, telah menerima bantuan dari Australia ebesar 50 juta dollar AS - yang menempatkan Indonesia sebagai penerima bantuan terbesar dari Australia di luar Papua dan New Guinea. Dan untuk angka waktu antara 1973--1976, pemerintah Whitlam akan mengalirkan bantun kepada Indonesia, sebesar 70 juta dollar AS Dan mengingat bahwa bantuan itu berasal dari pmbayar pajak di Australia, menurut Chipp warga Australia berhak mendapatkan penjelasan bagaimana penggunaan bantuan itu oleh Indonesia. Don Chipp juga mengingatkan bahwa dalam kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu yang lalu. Perdana Menteri Whitlam dan stafnya telah disuguhi dengan penjelasan yang menarik oleh tuan-rumah. Tapi saya kuatir, kata Chipp pula, whitlam dan stafnya telah bertemu dengan orang-orang yang keliru. Atas tuduhan D.L. Chipp itu, Dubes Her Tasning kontan memberikan reaksi. Dalam wawancara dengan radio Australia (ABC) ia dengan tegas membantah semua tuduhan yang dilancarkan Chipp. Dubes Her Tasning memberikan jaminan kepada rakyat Australia, bahwa semua bantuan Australia kepada Indonesia tidak akan jatuh ke kantong pribadi-pribadi kelompok penguasa. Tapi Chipp rupanya tidak tinggal diam. Atas sangkalan Dubes Her Tasning itu, Chipp mengusulkan debat terbuka antara dirinya dengan Dubes Her Tasning, di mana Chipp akan mmpertanggung jawabkan apa yang telah ditulisnya itu. "Saya dapat menyebutkan nama-nama, menunjukkan tempat-tempat dan membuktikan bahwa yang saya tulis adalah fakta-fakta". Adakah Dubes Her Tasning melayani tantangan bekas Menerima Bea Cukai Australia itu? Brangkali Dubes Her Tasning menganggap tidak perlu, tantangan Chipp belum bertimbal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus