Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Lebih dekat indonesia

Harry aveling, 31, orang australia mencintai sastra indonesia. dia ingin mengarang buku tentang amir hamzah. mengajar, menulis kritik sastra indonesia modern, memberi ceramah sastra di usu medan.

15 September 1973 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARRY Avelling, 31 tahun, orang Australia yang cinta pada hasil sastra Indonesia dan kini mengajar di Pusat Pengajian Ilmu Kebudayaan dan Kemanusiaan Universiti Pulau Penang -- Malaysia tanggal 21 s/d 24 Agustus yang lalu berada di Medan. Ia diundang oleh seksi sastra Dewan Kesenian Medan. "Tapi ongkosnya ditanggung Dewan Kesenian Australia", katanya sembari tertawa nyengir. Aveling yang pernah mengajar 7 bulan di Universitas Indonesia itu mengakui: "Saya orang kulit putih. Tapi mengajar dan menulis kritik tentang sastra modern Indonesia, di Malaysia pula. Entahlah. Mungkin karena perasaan saya lebih dekat dengan Indonesia dari pada dengan Inggeris yang masih diwarisi oleh angkatan tua yang sekarang masih hidup di Australia". Selama di Medan Harry Aveling secara diam-diam telah dibawa ke rumah puteri tunggal penyair Amir Hamzah. Tengku Taurah. Yang tahu rumah Taurah hanya penyair Rusli A. Malem anak Aceh yang kelihatan sekarang mulai piara rambut gondrong. Ikut juga seorang bule Australia, bekas murid Avcling sendiri, mahasiswa musik David Goldworsthy, 27 tahun, dari Monash University. Aveling mau mencari bahan-bahan otentik yang masih belum terungkap karena ia mau menulis sebuah buku mengenai almarhum Amir Hamzah. Menurut rencana bulan November mendatang bersama isteri dan anak-anaknya ia akan balik ke Medan, karena kedatangannya sekali ini belum punya persiapan lengkap untuk menggali perihal Amir. Di Medan Aveling sempat juga memberi ceramah di depan mahasiswa sastra USU dan ngomong-ngomong dengan seniman Medan serta mengisi acara pclangi bahasa TVRI Studio Medan. Dalam ceramahnya di depan seniman-seniman di gcdung RRI Nusantara III Medan. Aveling memperkenalkan diri: "Anak saya ada dua setengah sekarang. Dua putera dan yang setengah setelah lahir nanti jadi satu nanti saya harapkan bisa puteri". Dan ketika malamnya sehabis makan durian yang dijual di emperan toko di jalan Semarang, rupanya perut Aveling sempat dibikin menggelegak. "Ah, tak apa. Durian juga bisa memberontak dalam perut. Panas. Untung ada AC di hotel".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus