Membuat pom bensin

GURUH Sukarno Putra, putra bungsu Bung Karno itu, akhirnya berjualan bensin. Jumat petang pekan lalu ia asyik melayani sejumlah mobil yang antre di pom bensin Jalan Penjernihan, Jakarta. Tak segan-segan ia meladeni bajaj yang mengisi 3,5 liter bensin. Di tengah rintik hujan itu badannya dibalut jaket tebal. Guruh meninggalkan dunia gemerlapan dan jatuh miskin? Tidak persis begitu. Karena modal yang ia tanam untuk pompa bensin ini berjumlah Rp 700 juta, jauh lebih besar dibandingkan pedagang kaki lima. "Dengan usaha ini mudah-mudahan tungku di dapur saya berasap," katanya. Bisnis kecil-kecilan itu - dibandingkan usaha sejumlah anak pejabat lainnya - adalah rintisan awal dari predikatnya yang baru: wiraswastawan. "Tapi Swara Maharddhika jalan terus," katanya. Tidak setiap hari Guruh menunggui pom bensinnya itu. Jumat itu ia ikut meladeni, soalnya sedang hangat-hangatnya. Tempat usahanya itu baru kemarinnya diresmikan oleh Direktur Pembekalan Dalam Negeri Pertamina, Sutan Assin. "SPBU ini adalah pom bensin swasta pertama di Indonesia," kata Guruh dengan bangga. "Lihat saja nomornya, S-01, artinya swasta nomor satu." Dunia panggung dan bisnis bensin memang sulit dicari hubungannya. Namun, bagi Guruh semua itu bisa dikaitkan. Ia berharap anak-anak muda dan simpatisan Swara Maharddhika bisa dijeratnya sebagai langganan. Mengisi bensin sambil berteriak: Merdeka!