Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Membuka pameran seni grafis

Menpen harmoko pada peresmian pameran seni grafis yang diselenggarakan tempo membuat sebuah karikatur. bercerita tentang perkembangan grafis. juga cerita tentang pengalaman ketika menjadi penjaw desain.(pt)

22 Maret 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUTIR kepala, kemudian mata, lalu hidung, lalu mulut, dan akhirnya lidah. Yang istimewa, pada lidah yang terjulur itu tertulis satu kaca ringkas, padat: "Klise". Itulah goresan Menteri Harmoko, pada peresmian pembukaan Pameran Seni Grafis yang diselenggarakan majalah TEMPO di Pasar Seni Ancol, Jakarta, Kamis pekan lalu. Tak ada lima menit Menteri Penerangan yang pernah jadi karikaturis itu menyelesaikan karyanya, yang langsung dipasang oleh panitia pameran pada pigura putih bersih dengan nama pelukisnya di sudut. Sang penggambar sendiri membubuhkan tanda tangannya yang dulu terkenal, "Mok". Kenapa "Klise"? Menteri senyum kecil, lalu menjawab, "Karena banyak orang omong klise." Banyak orang omong klise, juga pejabat, memang. Tapi yang dikemukakan Menteri Penerangan malam itu tentang seni grafis dan desainnya sama sekali bukan klise. Harmoko bercerita tentang perkembangan grafis, organisasi, dan teknologinya dari masa ke masa, dengan dibumbui anekdot-anekdot menarik dari pengalaman pribadinya. Harmoko menunjukkan betapa cepatnya perkembangan dalam jarak belum lagi dua dasawarsa. Dulu, tutur Harmoko, ketika zaman orang memakai klise dari timah untuk gambar, yang harus dicor dan dikeringkan, tajam atau tidaknya foto di surat kabar atau majalah bisa bergantung pada matahari dan cuaca. Bila matahari baik, gambar bisa scherp, kata Harmoko. Bila tidak, bisa berabe. Dari inilah salah satu anekdot itu. Ketika Harmoko dulu menjadi penanggung jawab desain grafis majalah Merdeka, suatu hari dengan naik sepeda ia membawa foto Ibu Fatmawati Soekarno dan (waktu itu) Menteri Sosial Muljadi Djojomartono, tujuannya, pabrik klise di Jalan Bungur, Jakarta. Foto itu akan dijadikan klise. Rupanya, waktu klise diproses hari mendung. Esok harinya, ketika potret orang terkenal itu muncul di majalah, yang tampak adalah potret yang berkumis dan berjenggot. Padahal, Pak Muljadi almarhum berwajah klimis, apalagi Ibu Fatmawati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus