SUNAHWI penduduk Kampung Cirikip, Desa Cinyasag. Kabupaten
Ciamis. Di tahun 1949, ketika Siliwangi kembali dengan long
march dari Yogya, pasukan ini harus berhadapan dengan dua blok
musuh. Yaitu Belanda di satu pihak dan DI/TII di pihak lain.
Karena serangan-serangan tersebut, dua orang prajurit, Letnan
Mung Partadimulya dan Letnan Muda Puspa Lubis menemui Sunahwi
yang jadi Lurah Cirikip. "Waktu itu tanggal 2 Januari 1949,"
kata Sunahwi, "dan keduanya menitipkan panji Siliwangi kepada
saya."
Semula, panji berukuran 60 x 90 cm itu disimpan di dalam besek.
Merasa tidak aman, dipindahkannya lagi. Kali ini ditaruh di
pohon kelapa: panji dimasukkan dalam potongan bambu. Setahun
kemudian Letnan Kosasih datang ke Cirikip untuk menjemput panji
tersebut.
Tahun 1957, Sunahwi mendapat undangan Panglima Divisi Siliwangi
untuk turut memeriahkan hari ulang tahun Siliwangi yang ke-11.
Sebagai imbalan jasanya, Sunahwi menerima sebuah piagam tanda
jasa, sebuah jam dinding, sedang isterinya, Nini Arwi, mendapat
sebuah mesin jahit.
Kini dia bertugas sebagai penunggu monumen Siliwangi -- dibangun
di tahun 1975 dengan ongkos Rp 5 juta. "Ini cukup merepotkan,"
ujar Sunahwi. Bukan karena ongkos perawatan tidak ada. "Itu
tidak berat," katanya. "Yang merepotkan ialah kalau ada tamu
dari Kodim, Korem atau dari Kodam. Terpaksa saya ngutang dulu di
warung untuk suguhan. Juga saya harus menyediakan buku tamu
segala. Kalau hidup saya lumayan sih tidak apa."
Ada satu keinginannya yang belum terlaksana. "Dari dulu saya
mengurus surat veteran, belum berhasil terus." Menurut Sunahwi,
semua temannya sudah memiliki surat veteran dan jadi anggota
veteran. Dia mengatakan sudah keluar uang Rp 10.000 untuk pergi
ke Ibukota mengurus surat-surat itu, tapi tetap macet. "Saya ini
sudah tua," kata Sunahwi yang umurnya 63 tahun. "Anak saya 3
orang. Saya ingin mereka bangga terhadap orangtuanya. Juga
mereka nanti yang akan meneruskan mengurus monumen tersebut."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini