Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Hoakiao itu terus mengungsi

Pemerintah cina menghentikan bantuannya kepada 20 proyek vietnam & mempersiapkan operasi laut untuk mengangkut perantau cina. vietnam menghapuskan hak milik perseorangan yang dikuasai cina perantau. (ln)

10 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RIBUT Cina-Vietnam masih belum berakhir. Orang-orang Cina masih terus diusiri dari Vietnam. Dan pertentangan Peking-Hanoi tentu saja makin menjadi-jadi. Kabar terakhir menyebutkan bahwa Peking sudah mulai melakukan tindakan balasan lewat penarikan 800 orang teknisi Cina yang selama ini bekerja di proyek-proyek bantuan Cina di Vietnam. Tanpa memberi tahu Hanoi, para teknisi Cina itu pulang begitu saja dari Vietnam dalam dua pekan ini. Bahkan secara sepihak, Cina telah pula menghentikan bantuannya kepada 20 proyek Vietnam. Kabar lain menyebutkan bahwa Cina sedang mempersiapkan suatu operasi laut untuk mengangkuti para perantau Cina kembali ke negeri leluhur mereka. Di Hainan, pulau yang termasuk wilayah Cina dan berdekatan dengan Vietnam, kini sedang dipersiapkan kapal-kapal buat berlayar ke Vietnam. Diduga bahwa sasaran operasi penyelamatan itu adalah orang-orang Cina yang berdiam di bagian selatan Vietnam yang jumlahnya berkisar sekitar 1 juta. Dan sebagian besar dari mereka berdiamdi sekitar Kota Ho Chi Minh -- yang dahulu namanya Saigon. Tanpa Dosa Rencana operasi pengungsian tersebut dalam pada itu diimbangi pula dengan propaganda RRC tentang kesengsaraan yang diderita warganya. Baik radio, televisi, koran-koran maupun pernyataan pemerintah Peking dalam hari-hari terakhir ini penuh dengan reportase peristiwa itu. Kantor Berita Hsinhua misalnya memuat laporan tentang keadaan para pengungsi di Tunghsing, sebuah kota Cina dekat perbatasan dengan Vietnam. Laporan yang ditulis oleh korespondennya, Ma Li, mengatakan, antara lain: "Saya menyaksikan sendiri keadaan yang sangat menyedihkan para pengungsi itu. Mereka adalah manusia-manusia yang telah diusir oleh para penguasa Vietnam dengan kekerasan. Dan kalau kita memandang ke seberang sungai sana, di wilayah Vietnam kelihatan oleh kita bagaimana polisi dan tentara Vietnam memukuli dan mengejar-ngejar orang-orang tanpa dosa itu." Ma Li juga berkisah tentang cara pengungsi itu menyeberangi perbatasan. Tulisnya: "Di tempat penyeberangan terlihat beratur-ratus keluarga Cina saling berpegangan menjalani air sampai sebatas pinggang. Orang-orang tua dan jompo dibimbing oleh yang lebih muda, ibu-ibu mencoba menenangkan bayi-bayi yang menangis di pangkuan mereka. Ada juga yang mencoba menyeberangi sungai dengan menaiki perahu. Dan di seberang sana, di bawah bayangan pohon-pohon terlihat serdadu-serdadu Vietnam yang mengawasi orang-orang yang akan menyeberang dengan muka yang ganas. Beberapa yang jadi korban dikejar-kejar polisi dan tentara." Laporan lain yang didapat oleh sumber-sumber Cina di Vietnam menceritakan tentang bagaimana para penguasa Vietnam melakukan tindakan-tindakan diskriminatif terhadap orang Cina. Diambilnya cerita seorang pengungsi yang bernama Su Ping. "Saya dilahirkan di Haiphong dan sejak umur 25 bertempur bersama dengan pejuang-pejuang kemerdekaan melawan Jepang dan Perancis. Setelah pembebasan saya bekerja pada sebuah badan pemerintah yang memprodusir film. Tapi saya dipaksa untuk dipensiun walaupun umur saya belum mencapai umur pensiun. Karena pensiun saya tak cukup, terpaksa saya bertani kecil-kecilan karena saya pun harus menanggung 6 orang anak. Tapi tahun lalu pemerintah mensita tanah saya, tidak memberi keluarga kami bahan makanan cukup. Tak ada pilihan kami selain pulang ke negeri leluhur," demikian kisah Su Ping. Menerima serangan propaganda yang dilancarkan Peking itu Vietnam tentu saja tidak tinggal diam. Namun, sebegitu jauh pernyataan Hanoi tidak sedramatis pernyataan Peking. Wakil Perdana Menteri Hoang Bich Son dalam wawancara dengan Kantor Berita Vietnam hanya mengatakan bahwa ia telah menerima pemberitahuan akan maksud Peking buat mengangkut warganya dari negeri itu. Di samping itu ia menyatakan pula bahwa kebijaksanaan pemerintahnya terhadap masalah Cina di dalam negerinya adalah benar. Ia pun menyebut tuduhan-tuduhan yang dilancarkan Peking sebagai "terlalu dibuat-buat." Tapi cerita-cerita yang dibawa oleh para pengungsi Cina, baik yang lari ke RRC maupun yang ke Thailand, pada umumnya sedikit banyak membenarkan perlakuan keras yang dianut oleh pemerintah Hanoi terhadap mereka. Dari kumpulan wawancara para pengungsi itu dapat diambil kesimpulan bahwa golongan hoakiao itu sebenarnya terpukul oleh usaha pemerintah persatuan Vietnam yang ingin menghapuskan pemilikan perseorangan atas beberapa macam usaha yang menyangkut kepentingan umum secara langsung. Salah satu yang terkena adalah distribusi barang kebutuhan sehari-hari yang sampai saat ini masih dikuasai oleh golongan pedagang pengecer Cina. Walaupun tak banyak, menurut hasil penelitian dari wawancara itu, orang Vietnam yang kerjanya berdagang ada juga yang terkena peraturan tersebut. Gerakan penghapusan usaha swasta itu dijalankan oleh pemerintah Vietnam sejak April yang silam. Pengeras Suara Tak dapat disangkal pula bahwa dalam gerakan ini, para penguasa Vietnam terutama para pejabat rendah, polisi dan tentara telah menggunakan kesempatan ini untuk mengeruk keuntungan pribadi. Dan yang digunakan adalah ketaksenangan terhadap orang-orang Cina yang telah berakar sejak berabad-abad yang lalu. Barangkali dalam hubungan inilah terjadi protes dan perlawanan dari pihak orang-orang Cina, sehingga timbul berbagai insiden. Salah satu tindakan yang dijalankan pemerintah Vietnam dalam kampanye pelenyapan hak milik perseorangan ini alah memindahkan golongan menengah --termasuk orang-orang Cina -- ke suatu pemukiman yang baru saja dibuka. Ada dugaan dan kekhawatiran di kalangan orang-orang Cina itu bahwa yang disebut pemukiman baru itu terletak di perbatasan Kamboja-Vietnam yang sampai sekarang masih hangat. Orang-orang Cina ini curiga bahwa pemerintah Hanoi akan menjadikan mereka umpan peluru Khmer Merah. "Orang Vietnam benci kami, karenanya kami tak punya hari depan lagi kalau terus berdiam di negeri itu," ujar seorang Cina, bekas pemilik toko, yang berhasil mencapai perbatasan Kamboja. Berita terakhir yang berhasil dimonitor TEMPO mengenai insiden RRC-Vietnam ini berasal dari Radio Australia dan BBC London. Menurut kedua sumber tersebut, nampaknya persengketaan ini bertambah panas. Di tepi sungai Merah, (270 kilometer dari Hanoi), RRC telah memasang sebarisan pengeras suara dengan kekuatan besar. Setiap hari pengeras suara itu mengumandangkan propaganda yang menganjurkan para hoakiao untuk bersiap meninggalkan Vietnam menuju "negeri leluhur". Dikatakan oleh BBC bahwa sampai saat ini RRC telah menampung sekitar 200.000 orang dan jumlah itu akan membengkak dalam waktu-waktu mendatang. Untuk menampung mereka, pemerintah RRC telah menyediakan dan membuka sebuah komune rakyat baru yang terletak tak jauh dari perbatasan RRC-Vietnam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus