PENGUNGSIAN dari Indocina hampir tiap kali terjadi sejak
jatuhnya kawasan itu ke tangan komunis tiga tahun yang silam.
Berbagai cara telah dipraktekkan oleh para pengungsi. Berjalan
di malam hari, sembunyi di siang hari, atau menyeberangi laut
dengan sampan atau perahu curian. Tapi dari semuanya, yang
paling unik nampaknya adalah cara yang digunakan oleh wartawan
Australia, John Everingham.
Everingham, 28 tahun, menggunakan alat penyelam scuba untuk
masuk ke Laos. Tujuan ia harus menggondol Keo Siriphone, gadis
idamannya.
Keo, gadis manis 25 tahun itu, adalah mahasiswa kedokteran, anak
dari seorang tokoh partai komunis. Ia kecewa kepada sistim yang
kini berlaku di Laos itu, meskipun dulu -- sebelum kaum komunis
menang -- Keo aktif. Dan ia ketemu John.
Everingham sendiri lebih dari 10 bulan yang silam diusir dari
Laos. Ia merupakan salah seorang dari segelintir wartawan Barat
terakhir yang meninggalkan Laos setelah negeri itu direbut kaum
komunis. Di Laos ia pernah tinggal selama 10 tahun. Hubungannya
dengan Keo, tentu saja harus dilakukan secara rahasia. Pertalian
antara seorang pribumi dengan orang asing pasti akan dilarang
keras.
Sejak meninggalkan Laos, Everingham berhubungan dengan Keo lewat
kode-kode rahasia yang disalurkan lewat kawan-kawan mereka. Pada
pertukaran kode terakhirlah Everingham menentukan tempat untuk
pertemuan.
Gaun Merah
Sebelum pelarian yang berhasil itu Everingham telah mengadakan
dua kali percobaan. Ia adalah perenang yang kuat dan menyelam
dulu di Great Barrier Reef, Australia. Kini ia memanfaatkan
keahliannya itu. Tapi setiap kali ia merenangi sungai Mekong,
prajurit Laos selalu berada di tempat leo menunggu. Akhirnya,
25 Mei yang lalu, ia terjun ke dalam sungai dan mencoba untuk
ketiga kalinya.
"Sebenarnya kali ini saya sangat pesimistis," katanya setelah ia
selamat. Dan memang, hujan turun terus-menerus. Air sungai
meluap dan aliran air sangat deras. Untung, tengah sungai,
setelah ia mendekati tempat pertemuan yang ditentukan, ia dapat
melihat Keo yang mengenakan gaun merah. Pada waktu itu jarak
antara dia dengan Keo ada kira-kira 1,5 kilometer.
Dengan menggunakan kompas ia mencari arah di air berlumpur dan
deras itu. Beberapa kali ia harus merangkak di lumpur sebelum
akhirnya ia bisa mencapai tepi. Ketika muncul ternyata ia masih
terpisah beberapa ratus meter dari tempat Keo, dan kemudian
terbawa lagi oleh arus melewati tempat tersebut. Sementara itu
Keo menunggu sambil memegang joran kecil, ditemani seorang anak
kecil, untuk mencegah kecurigaan. "Saya pun sudah putus asa,"
kata Keo kemudian.
Setelah mencoba beberapa kali, ia berhasil menyelam melawan
arus. Namun, ketika muncul ia terlalu ke hulu, sehingga harus
merangkak buat mendekati Keo. "Saya berhasil mendekatinya, tapi
karena barangkali sudah putus asa, Keo sudah pergi agak jauh.
Saya berteriak setinggi langit, sampai akhirnya ia mendengar
saya. Ia lari mendapatkan saya dan memelukku dengan keras,"
sambung Everingham.
Mereka Melihat
Keo tak bisa berenang. Tapi John sudah siap dengan peralatan.
Sebuah pelampung tipis yang kecil dilingkarkannya ke leher sang
pacar dan dua pipa pengatur nafas dipasangnya ke mulutnya.
Tangan Keo diikatkannya dengan simpul hidup. Lalu berenanglah
keduanya dengan sebagian muka mereka di atas muka air.
Sungai Mekong lewat pusat ibukota Laos, Vientiane. Pada waktu
itu beratus-ratus tentara Pathet Lao bergerombol di tepi sungai.
Kelihatannya mereka mengadakan pengawalan ketat, karena pada
waktu itu Presiden Rumania Nicolae Ceaucescu sedang mengadakan
kunjungan ke Laos. "Saya benar-benar takut, karena setiap saat
hujan peluru bisa datang. Lagipula hanya ada sisa-sisa tenaga
terakhir pada saya sambil membawa 'beban'," cerita Everingham.
"Saya yakin mereka melihat sesuatu hanyut, tapi barangkali
mereka tidak tahu apa yang hanyut itu. Mungkin juga kami
mujur," sambung Everingham.
Setengah jam setelah keduanya muncul di permukaan sungai Mekong,
Keo masih menggigil kedinginan. Ia tak ingat namanya sendiri.
Para pejabat Thai yang biasanya kasar terhadap kaum pelarian --
karena banyaknya -- kali ini bersikap ramah. Cinta bisa
melunakkan hati, setelah bisa mengeraskan tekad untuk berkorban.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini