Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

John dan keo: cinta dan pelarian

John everingham, 28, wartawan australia melarikan pacarnya keo siriphone, 25, dari laos ke muangthai. mereka menghanyutkan diri sepanjang sungai mekong dengan menggunakan alat penyelam scuba. (ln)

10 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGUNGSIAN dari Indocina hampir tiap kali terjadi sejak jatuhnya kawasan itu ke tangan komunis tiga tahun yang silam. Berbagai cara telah dipraktekkan oleh para pengungsi. Berjalan di malam hari, sembunyi di siang hari, atau menyeberangi laut dengan sampan atau perahu curian. Tapi dari semuanya, yang paling unik nampaknya adalah cara yang digunakan oleh wartawan Australia, John Everingham. Everingham, 28 tahun, menggunakan alat penyelam scuba untuk masuk ke Laos. Tujuan ia harus menggondol Keo Siriphone, gadis idamannya. Keo, gadis manis 25 tahun itu, adalah mahasiswa kedokteran, anak dari seorang tokoh partai komunis. Ia kecewa kepada sistim yang kini berlaku di Laos itu, meskipun dulu -- sebelum kaum komunis menang -- Keo aktif. Dan ia ketemu John. Everingham sendiri lebih dari 10 bulan yang silam diusir dari Laos. Ia merupakan salah seorang dari segelintir wartawan Barat terakhir yang meninggalkan Laos setelah negeri itu direbut kaum komunis. Di Laos ia pernah tinggal selama 10 tahun. Hubungannya dengan Keo, tentu saja harus dilakukan secara rahasia. Pertalian antara seorang pribumi dengan orang asing pasti akan dilarang keras. Sejak meninggalkan Laos, Everingham berhubungan dengan Keo lewat kode-kode rahasia yang disalurkan lewat kawan-kawan mereka. Pada pertukaran kode terakhirlah Everingham menentukan tempat untuk pertemuan. Gaun Merah Sebelum pelarian yang berhasil itu Everingham telah mengadakan dua kali percobaan. Ia adalah perenang yang kuat dan menyelam dulu di Great Barrier Reef, Australia. Kini ia memanfaatkan keahliannya itu. Tapi setiap kali ia merenangi sungai Mekong, prajurit Laos selalu berada di tempat leo menunggu. Akhirnya, 25 Mei yang lalu, ia terjun ke dalam sungai dan mencoba untuk ketiga kalinya. "Sebenarnya kali ini saya sangat pesimistis," katanya setelah ia selamat. Dan memang, hujan turun terus-menerus. Air sungai meluap dan aliran air sangat deras. Untung, tengah sungai, setelah ia mendekati tempat pertemuan yang ditentukan, ia dapat melihat Keo yang mengenakan gaun merah. Pada waktu itu jarak antara dia dengan Keo ada kira-kira 1,5 kilometer. Dengan menggunakan kompas ia mencari arah di air berlumpur dan deras itu. Beberapa kali ia harus merangkak di lumpur sebelum akhirnya ia bisa mencapai tepi. Ketika muncul ternyata ia masih terpisah beberapa ratus meter dari tempat Keo, dan kemudian terbawa lagi oleh arus melewati tempat tersebut. Sementara itu Keo menunggu sambil memegang joran kecil, ditemani seorang anak kecil, untuk mencegah kecurigaan. "Saya pun sudah putus asa," kata Keo kemudian. Setelah mencoba beberapa kali, ia berhasil menyelam melawan arus. Namun, ketika muncul ia terlalu ke hulu, sehingga harus merangkak buat mendekati Keo. "Saya berhasil mendekatinya, tapi karena barangkali sudah putus asa, Keo sudah pergi agak jauh. Saya berteriak setinggi langit, sampai akhirnya ia mendengar saya. Ia lari mendapatkan saya dan memelukku dengan keras," sambung Everingham. Mereka Melihat Keo tak bisa berenang. Tapi John sudah siap dengan peralatan. Sebuah pelampung tipis yang kecil dilingkarkannya ke leher sang pacar dan dua pipa pengatur nafas dipasangnya ke mulutnya. Tangan Keo diikatkannya dengan simpul hidup. Lalu berenanglah keduanya dengan sebagian muka mereka di atas muka air. Sungai Mekong lewat pusat ibukota Laos, Vientiane. Pada waktu itu beratus-ratus tentara Pathet Lao bergerombol di tepi sungai. Kelihatannya mereka mengadakan pengawalan ketat, karena pada waktu itu Presiden Rumania Nicolae Ceaucescu sedang mengadakan kunjungan ke Laos. "Saya benar-benar takut, karena setiap saat hujan peluru bisa datang. Lagipula hanya ada sisa-sisa tenaga terakhir pada saya sambil membawa 'beban'," cerita Everingham. "Saya yakin mereka melihat sesuatu hanyut, tapi barangkali mereka tidak tahu apa yang hanyut itu. Mungkin juga kami mujur," sambung Everingham. Setengah jam setelah keduanya muncul di permukaan sungai Mekong, Keo masih menggigil kedinginan. Ia tak ingat namanya sendiri. Para pejabat Thai yang biasanya kasar terhadap kaum pelarian -- karena banyaknya -- kali ini bersikap ramah. Cinta bisa melunakkan hati, setelah bisa mengeraskan tekad untuk berkorban.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus