Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Menggelar busana

Retno sari, 16, putri sigit hardjojudanto dan cucu presiden suharto, merayakan hut proklamasi dengan menggelar busana di pelataran gedung grahadi, surabaya. ia adalah siswi london dressing school di london.

1 September 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERSAMAAN kedua gadis remaja ini sangat banyak. Sama-sama anak tengah dari tiga bersaudara. Sama-sama putri tunggal. Keduanya masih belia, yang satu 15 tahun, satunya lagi 16 tahun. Dan persamaan ini yang penting: keduanya cucu Presiden Soeharto serta keduanya "membuat berita". Lantas, keduanya punya cara tersendiri untuk memeriahkan HUT Proklamasi yang lalu. Danty Indriastuti Purnamasari Rukmana, 15 tahun, seperti yang Anda ketahui, adalah anggota Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka) yang menerima langsung bendera pusaka dari Presiden pada detik-detik peringatan proklamasi di Istana Merdeka. Usai upacara kenegaraan itu, ia diterima Ibu Tien dan Pak Harto, dipeluk dan diciumi. Rabu pekan lalu, pada acara perpisahan Paskibraka 1990 di Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Danty terpilih sebagai "peserta yang paling berwibawa". Dengan tenangnya pelajar SMA 81 Jakarta Timur ini naik ke panggung menerima penghargaan. "Wah, rasanya nggak keruan-keruan," ini komentar Nyonya Siti Hardiyanti Rukmana, ibu Danty, ketika ditanya bagaimana perasaannya anaknya mendapat predikat seperti itu. Danty sendiri tak banyak komentar. Ketika ditanya wartawati TEMPO Nunik Iswardhani, bagaimana rasanya jadi remaja Paskibraka, ia menjawab pendek, "Yah, senang." Setelah menjadi tokoh yang populer, apa Danty siap kehilangan kebebasan pribadi dan diuber-uber pers? "Ya, saya siap," jawabnya. Malam itu, anak ini agaknya pendiam. "Mungkin lagi nggak enak saja, karena berkesan ditonjolkan oleh pers," ini komentar Wulan anggota Paskibraka dari Jawa Barat. Akan halnya cucu Pak Harto yang satu ini, Retno Sari, 16 tahun, terkesan banyak bicara ceplas-ceplos, lincah, sebagaimana ciri remaja di usia itu. Eno, panggilan akrab putri Sigit Hardjojudanto itu, merayakan ulang tahun proklamasi dengan cara unik: menggelar busana di pelataran Gedung Grahadi, Surabaya. Acara yang diberi nama Fashion on the Street ini berlangsung Ahad pekan lalu. Eno adalah ketua panitia pergelaran ini. Gadis ini juga menggelar karyanya, selain mengatur barisan peragawati remaja yang diboyongnya dari Jakarta. "Tahu nggak, persiapannya hanya sebulan," kata Eno. Begitu sibuknya dia mengatur peragawati di belakang pentas, sampai-sampai tak sempat memperagakan sendiri busana ciptaannya. Dari mana belajar mode? Harap diketahui, Eno adalah siswa London Dressing School di London. Sudah lima tahun Eno bermukim di London, tinggal bersama kakaknya. Ia pulang ke tanah air karena liburan. "Saya suka art. Semester depan saya mau ambil kelas menggambar potret," kata Eno lagi. Tentang pergelarannya di Surabaya itu, Eno semula mengkhawatirkan soal keamanan. "Ternyata nggak ada apa-apa, padahal yang nonton ribuan," katanya. Eno menyebutkan pergelaran ini sebagai proyek rugi. "Yang penting kreativitas anak-anak muda tersalurkan. Kita bisa membuktikan kita ini bukan generasi santai dan omdo -- omong doang," ujarnya. Proyek rugi itu kabarnya menghabiskan "puluhan juta rupiah".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus