SUATU hari datang mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik UI, menemui Arifin C. Noer -- itu, sutradara Pengkhianatan G-30-S/PKI. Ia diminta berceramah tentang arsitektur. Lho, apa tidak salah? Tidak, karena Arifin diminta mewakili awam. "Tapi saya hanya bisa mewakili diri saya sendiri," katanya kepada mahasiswa UI itu, seperti dituturkan Arifin sendiri kepada Putut Tri Husodo dari TEMPO. Jadilah. Sabtu pekan lalu, di kampus UI Rawamangun, dalam sarasehan mengenai arsitektur, orang Cirebon ini berbicara soal dapur rumah di rumah-rumah mewah. "Itu dapur di rumah mewah kering, dan memang bersih karena tidak fungsional," ujar Arifin. Jadi, katanya di rumah mewah itu ada dua dapur, yang satu lagi dapur basah karena memang fungsional dipakai untuk memasak benar-benar. Tentu, arsitektur bukan cuma dapur. Maka, Arifin pun bicara tentang penataan ruang. Rumah mewah di Jakarta, katanya, indah tetapi tidak memberikan suasana nyaman, tidak menghadirkan harmoni. Ada yang salah? "Kultur Indonesia tidak muncul dalam arsitektur. Orientasi kebanyakan rumah mewah memang tidak jelas," katanya lagi. Lantas Arifin "mewakili dirinya sendiri," membanggakan rumahnya, yang dibangunnya sejak sepuluh bulan lalu, yang sampai sekarang, katanya, belum jadi. "Saya ingin menghadirkan suasana Indonesia di rumah ini," ujar pimpinan Teater Kecil ini Senin malam lalu. "Tanpa menggunakan bahan mahal, tapi mampu menghadirkan suasana nyaman." Rumah di Kebayoran Baru yang sebagian besar bahannya dari kayu kamper itu, tentu saja, punya dapur, di antara ruang tamu dan ruang makan. Dan "ini dapur basah, satu-satunya dapur di rumah ini," kata si empunya dapur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini