"SUAMI itu hendaknya jadi nakhoda dan isteri jadi jurumudi,"
ujar Buya Hamka, "nakhoda hendaknya bisa jauh lihat ke depan dan
jurumudi hendaknya bisa mengendalikan si nakhoda agar tidak
salah jalan."
Hamka, 15 Pebruari pagi telah menikahkan dra. Oemi Arwati alias
Titiek W.S. dengan drs. Aswir Djamadin di mesjid Al Ahar. Hamka
kemudian memberikan ucapan sebuah pepatah "Jangan seperti
orangtua yang kehilangan tongkat 2 kali."
Titiek W.S. (40 tahun) penulis beberapa buah buku antara lain
Lelaki, ang Nyonya, Isteri, adalah ibu dari empat orang anak.
Sebelumnya, dia menikah dengan Purnawan Tjondronegoro yang juga
pengarang, juga wartawan di beberapa media. Perkawinan mereka
berakhir tahun kemarin setelah mereka menikah selama 15 tahun.
Purnawan bahkan telah menikah lagi bulan Nopember tahun lalu
dengan Tengku Kina Arifin yang berasal dari Medan tetapi
bermukim di Jakarta.
Dengan Azwir, Titiek telah herkenalan sebelum dia menikah. Dan
Azwir kemudian menjadi duda (setelah 12 tahun menikah) tidak
lama setelah Titiek bercerai dengan Purnawan. Azwir bekerja di
Pertamina sejak 1960 di bagian Hubungan Masyarakat.
Hadir dalam pernikahan trsebut antara lain penulis La Rose,
Yayuk Sri Rahayu Effendi, Sari Narulita, nyonya Fatmawati,
nyonya Bambang Utoyo dan para keluarga dari dua belah pihak.
Azwir memberikan sebuah Al Qur'an dan perlengkapan sembahyang
sebagai mas kawin untuk Titiek. Dan Buya berkata lagi: "Itu
adalah mas kawin yang termahal di dunia." Kata Awir "Kami akan
bulan madu ke Oslo, eh Sala, menengok ibunya Titiek."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini