SEPARUH badannya sebelah kiri lumpuh gara-gara mobilnya slip dan
menabrak pohon di Cipatat, Jawa Barat, Jumat malam akhir
Februari lalu. Mohamad Said, jago tembak pemegang rekor nasional
nomor small bore rifle prone, bersama anaknya Rini dan Ari lolos
dari maut karena mobilnya nyangkut di akar pohon. Kalau tidak,
"kami terjun ke jurang."
Malam itu, kolonel berusia 52 tahun ini dalam perjalanan dari
Jakarta untuk pulang ke Bandung. Niatnya tak kesampaian. Setelah
pingsan cukup lama, ia diangkut ke RS Dustira, Cimahi. Lalu
dioper ke RSPAD, Jakarta.
Kepalanya bagian kanan memar, membuat tubuh bagian kiri lumpuh.
Setelah dua minggu dirawat, tangan dan kakinya mulai bisa
digerakkan ke atas. Mata kirinya tak kurang suatu apa. Masih
bisa untuk melihat. Dan bila kulitnya dicubit, terasa sakit. Ini
pertanda baik.
"Dokter bilang, kalau rnemar di kepala hilang tubuh bagian kiri
akan normal kembali," katanya bersemangat. Ia juga tetap doyan
melucu.
Sejak PON VII di Surabaya, 1969, Said mengaku "selalu musuhan
sama anak." Yang "dimusuhi" tak lain Triyogo dan Pramu, juga
atlet di lapangan tembak. Keduanya pada setiap pertandingan
selalu mewakili Jawa Barat. Sedangkan Said mewakili Jakarta.
"Di PON X, September nanti, kami juga akan jadi musuh," ia
tertawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini