"PAK, melihat buku ini se~harusnya sudah waktu~nya sebuah buku mengenai Affandi ada di antara buku-buku seni rupa ini," kata Raka Sumichan kepada pelukis Affandi di sebuah toko serba ada di Tokyo, suatu hari 1970. Tujuh belas tahun kemudian cita-cita Raka kesampaian. Selasa malam pekan lalu di Bank Duta, Jakarta, dibuka pameran bcsar karya Affandi, sekaligus menandai terbitnya sebuah buku tentang Affandi. Buku itu setebal 222 halaman berisi sekitar 150 reproduksi lukisan dari awal karier sang pelukis sampai karya 1986. Yang menarik, inilah buku yang terbit .atas inisiatif kolektor yang boleh dikata sangat terpesona oleh karya Affandi sejak pertama kali melihat lukisannya di pertengahan 1940-an. Sepuluh tahun kemudian bulat tekadnya untuk mengikuti perkembangan lukisan Affandi. Dialah pembeli tetap Affandi dengan cara khas mirip mengangsur rumah BTN: bayar uang muka, cicilan tiap bulan. Malam itu, di usia 80 tahun sang pelukis duduk di kursi beroda, yang didorong oleh sopir setianya, Mas Djon. Seperti biasanya, Affandi bersarung. Lalu secara resmi menandai terbitnya buku itu, Raka menyerahkan buku itU kepada Affandi . Sebuah buku dalam dua bahasa, Inonesia dan Inggris, ditulis oleh dua orang, Raka dan Umar Kayam. Yang satu membeberkan hubungannya dengan pelukisnya, sementara Budayawan Kayam memotret profil Affandi dari luar dan dalam: hidup sehari-hari di rumahnya di pinggir Kali Gajah Uwong. Satu hal dikagumi dosen UGM ini: Affandi yang tak pernah capek melukis .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini