SAPTO Hudoyo, 65 tahun, seniman kondang Yogyakarta itu, kedatangan pangeran. Sang Pangeran mengaku trah Paku Buwono X dan utusan dari Keraton Surakarta. Pelukis ini diminta menata Keraton Surakarta. "Karena dimintai tolong, tentu saja saya bersedia," ujar Sapto Hudoyo yang juga punya gelar Raden Mas ini. Ia memang masih tergolong kerabat Keraton Surakarta dari trah Paku Buwono IX. Berita bahwa Sapto akan menata penampilan Keraton dengan cepat tersiar. Sapto sendiri sibuk pula membaca-baca buku tentang sejarah Keraton. Di benaknya sudah ada ornamen-ornamen yang akan dibuat. Sementara itu, di Solo, dalam waktu tak terpaut lama, pertengahan April lalu, K.R.M.H. Satriyo Hadinagoro, Kepala Seksi Promosi dalam Badan Pengelola Keraton Surakarta, juga menerima tamu yang mengaku utusan Sapto Hudoyo. Tamu itu meneruskan tawaran Sapto untuk menyelenggarakan acara santap malam buat turis, pejabat, dan undangan khusus. Tujuannya, "menjual" Keraton sebagai obyek wisata. Ternyata, semuanya palsu -- baik utusan Keraton maupun utusan Sapto. "Kami merasa tidak menugasi orang untuk menghubungi Pak Sapto," ujar Satriyo. Namun, kabarnya sang Pangeran palsu itu sudah dapat dilacak. Dia tinggal di Kampung Gondorasan, masih terhitung kompleks Keraton. Tapi bukan pangeran, entah kalau tiba-tiba ada Keraton Gondorasan. Akan halnya Sapto, ia sendiri tak merasa dirugikan amat. Ia tetap sibuk melukis, menata galerynya, dan sesekali mengajak istrinya yang bahenol itu, Yani Sapto Hudoyo, berdansa. Tra la la....
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini