Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Pembalut hingga Bangkai Ponsel

Gitaris Slank, Mohammad Ridwan Hafiedz atau biasa disapa Ridho, bersama vokalis band itu, Akhadi Wira Satriaji alias Kaka, ikut membersihkan pantai di beberapa kepulauan di Maluku. Saat membersihkan pantai bersama siswa sekolah di Pulau Rhun, Kamis, 12 November lalu, Ridho memungut sampah pembalut. Adapun Kaka menemukan bangkai telepon seluler.

28 November 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mohammad Ridwan Hafiedz atau Ridho Slank (kiri) dan Akhadi Wira Satriaji atau Kaka Slank saat ikut membersihkan sampah laut di Maluku. Dok. Econusa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Gitaris Slank Mohammad Ridwan Hafiedz atau biasa disapa Ridho bersama vokalisnya, Akhadi Wira Satriaji alias Kaka, ikut membersihkan pantai di beberapa kepulauan di Maluku.

  • Saat membersihkan pantai bersama siswa di Pulau Rhun, Ridho memungut sampah pembalut.

  • Kaka menemukan bangkai ponsel saat membersihkan pantai di Nusa Laut.

GITARIS Slank, Mohammad Ridwan Hafiedz atau biasa disapa Ridho, bersama vokalis band itu, Akhadi Wira Satriaji alias Kaka, ikut membersihkan sampah laut di beberapa pulau di Maluku. Saat membersihkan pantai bersama siswa Madrasah Tsanawiyah Gemala Hatta di Pulau Rhun, Kamis, 12 November lalu, Ridho memungut sampah pembalut. “Pembalut bini gue aja enggak gue ambil, ini pembalut orang,” ujar Ridho sambil tertawa.

Ridho juga menjumpai banyak popok bayi sekali pakai di pantai-pantai yang ia sambangi selama Ekspedisi Maluku bersama Yayasan EcoNusa pada 8-16 November lalu. “Popok sekali pakai ada hampir di semua pantai. Padahal ini sampah yang paling tidak ekonomis,” tuturnya.

Dia bersama Kaka beserta rombongan singgah di Pulau Nuruwe (Seram bagian barat), Nusa Laut, Haruku, Rhun, Ay, Hatta, dan Banda Neira. Tema perjalanan ke pulau-pulau terpencil di Maluku ini adalah membersihkan laut dari sampah, sosialisasi, dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai lingkungan serta Covid-19.

Jika Ridho memungut pembalut dan popok bayi, Kaka menemukan bangkai telepon seluler saat membersihkan pantai bersama pemuda gereja di Pulau Nusa Laut. “Biasanya yang membuang handphone sembarangan berkaitan dengan kejahatan,” ujar Kaka, sembari memungut sampah tersebut, Rabu, 11 November lalu. Menyusuri pantai hampir satu kilometer, Kaka dan pasukan mengumpulkan sampah berbagai jenis lebih dari 10 kantong besar.

Bungkus permen, kopi saset, rokok, detergen, hingga mi instan banyak dijumpai Ridho dan Kaka selama bersih-bersih di pantai pulau-pulau Maluku itu. Bagi mereka, sampah plastik menjadi hal paling mengesalkan. Menurut keduanya, kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, apalagi memilah dan mengolahnya, masih rendah.

Persoalan sampah, kata mereka, tidak akan pernah selesai jika masyarakat tak kunjung sadar menjaga lingkungan. Ridho dan Kaka berharap bersih-bersih sampah bukan cuma dilakukan sekali saja saat ada acara, tapi bisa berkelanjutan. Ironisnya, sampah-sampah itu juga banyak dijumpai di daratan. “Yang kami lakukan hanya pemantik bagi masyarakat,” ucap Kaka. Sampah plastik bungkus es untuk pengawet ikan juga banyak berserakan di pantai, namun warga di pulau-pulau terpencil itu tak punya alat pengolahnya. Sementara ini, Yayasan EcoNusa akan memberikan bantuan alat atau mesin pengolah sampah di Pulau Rhun.

Dalam kesempatan itu, Ridho menanam sekitar 1.000 pohon mangrove dan delapan median terumbu karang di perairan Pulau Haruku. Bersama Komunitas Penyelam Pattimura, pembina Yayasan EcoNusa ini masuk ke kedalaman delapan meter. Tak ada briefing sebelum menyelam untuk menanam terumbu karang itu. “Saya asal mengikat, tapi katanya itu sudah benar,” kata pria 47 tahun itu. Mendapat jatah menanam karang di satu median, Ridho menghabiskan waktu 90 menit di dasar laut.

Di pulau tempat pahlawan nasional Johannes Latuharhary menghabiskan masa muda itu, masyarakat adat sudah menerapkan beberapa sasi atau larangan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Namun warga tetangga pulau masih sering mencari ikan dengan bom di sekitar pulau itu. “Saat menyelam di Nusa Laut, saya baru kali itu mendengar bom di kedalaman,” ujar Ridho.

Sebelum kegiatan bersih sampah dan sosialisasi peningkatan kesadaran mengenai Covid-19, Kaka dan Ridho menyempatkan menyelam. “Alam Maluku indah sekali, di dalam air dan di daratan. Ini harus terus dilestarikan,” tutur mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus