PENGACARA Mr. Tjiam J Djoe Khiam kini terbaring sakit-sakitan.
Ia diserang pengapuran pada pembuluh darah di kedua sendi kaki,
kelenjar prostata, sampai jantung dan kepala. Meskipun begitu ia
tampak gembira dan tetap ngotot melakukan salah satu hobinya:
masak. "Saya tak boleh kebanyakan kalori. Tak boleh makan yang
mengandung gula. Sayur kangkung dan bayam pun tak boleh. Ya, tak
apalah. Saya 'kan masih berumur 78 tahun, " katanya menghibur
diri sendiri Lahir di Kebumen, 16 Februari 1904, Tjiam adalah
WNA keturunan Cina yang pertama masuk WNI, 1960. Semenjak
istrinya meninggal, 1968, ia sendiri membesarkan tiga orang
putri kandung plus 2 orang anak angkat. Kini ia sibuk pula
momong dua orang cucu di samping memelihara 3 ekor anjing,
sejumlah ayam dan merpati.
Rumah warisan istrinya tampak kelewat sederhana jika
dibandingkan dengan kebanyakan rumah di Kebayoran Baru itu. Pada
pintu gerbang Tjiam memasang papan pengumuman bergambar anjing
dan bertulis merah: "Awas! Anjing-2ku suka gigit daging dan
tulang. Awas! ! Jangan masuk tanpa izin terlebih dulu."
Di dapur pun segala stoples ia kasih tanda. Ada krupuk rambak,
mie shoa, opak leper singkong dan krupuk pelangi obar-abir.
"Saya ini bukan pegawai negeri. Jadi tak dapat pensiun.
Untungnya para klien saya dulu masih selalu ingat sama saya,"
kata Tjiam yang pernah menjadi pembela penyelundup ka kap Robby
Tjahjadi, dan juga pembela Brigjen Soepardja yang terlibat G30S.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini