PERCAYA atau tidak, first lady Korea Selatan yang baru, Ny.
Sun-ja Lee, ketika pertama kali berkenalan dengan calon suaminya
memanggilnya"paman" (ajossi). Pertemuan pertama terjadi tatkala
orang yang barusan terpilih sebagai presiden ketiga Kor-Sel itu,
Chun Doo Hwan, masih kadet di akademi militer, di masa Perang
Korea (1950-1953).
Sun-ja sendiri ketika itu di kelas dua sekolah menengah putri.
Mereka kemudian tak saling jumpa selama 2 tahun Chun pergi ke
garis depan, gadis itu pun kian ranum dan masuk SMA.
Lewat pertemuan selanjutnya, gadis itu pun merenung-renung.
"Sun-ja, maukah kau kutunggu sampai menyelesaikan sekolahmu?"
kata-kata "paman"-nya terngiang selalu. Dan benar, begitu Sun-ja
meninggalkan universitas, mereka menikah dan tinggal di rumah
orangtua si wanita di Taegu.
Keluarga baru itu tak pernah punya banyak uang, konon. Sesudah
punya 4 orang anak, mereka membeli sebuah rumah kecil
bertingkat-yang sekarang bagai si kerdil di tengah gedung-gedung
tinggi dan megah -- di dekat Seoul. Mereka memang pernah
bersusah-payah menabung untuk pindah ke rumah yang lebih baik,
tapi selalu gagal. Sampai kemudian keluarga itu pindah ke
kediaman resmi presiden, Gedung Biru. Mungkin segalanya akan
berubah.
Kepada majalah wanita Joong-ang ia mengatakan: ia hanya
mengagumi wanita "yang bisa menciptakan kedamaian di rumah, yang
berusaha mengerjakan yang terbaik menurut pikirannya, dan yang
bisa bersyukur."
"Saya tidak pernah memikirkan kecantikan lahiriah," katanya.
"Kecantikan bawaan atau pun karena dandanan tak perlu dihiraukan
benar. Menurut saya, kecantikan sejati seorang wanita
ditunjukkan oleh kesungguhan dan kegembiraannya dalam bekerja."
la sendiri cukup sibuk, terutama sejak terbunuhnya Presiden Park
Chung Hee --sehingga pekerjaan suaminya bertambah banyak.
Suaminya sendiri sekarang harus diit. Presiden itu tak doyan
kacang Korea, toenjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini