BANYAK pesan ucapan selamat mengalir ke kantor perdana menteri
di Canberra. Dan pasar modal Australia tenang kembali awal pekan
ini. Sebab hasil pemungutan suara sudah meyakinkan bahwa PM
Malcolm Fraser akan tetap memimpin pemerintahan negara kanguru
itu selama tiga tahun lagi.
Kemenangan Fraser sesungguhnya sudah diduga jauh hari
sebelumnya. Walaupun mayoritas koalisi partai Liberal-Country di
parlemen akan berkurang, partai Buruh yang beroposisi tidak
diramalkan akan menang. Meskipun begitu, berbagai poll pendapat
umum yang tersiar dekat menjelang 18 Oktober, hari pemilihan
umum, lebih menguntungkan William Hayden, pemimpin Buruh.
Hayden, 47 tahun, bekas polisi yang berasal dari keluarga
melarat dan yang dibesarkan di Queensland, memang berkampanye
sangat kuat dalam hal kehidupan sehari-hari. Dia berjanji akan
mengurangi tingkat pengangguran dan inflasi, menyediakan
asuransi kesehatan dan perumahan yang lebih murah. Akan
diusahakannya pula sistem pendapatan tambahan bagi keluarga kaum
pekerja. Bahkan harga bensin yang mahal itu akan dikuranginya,
sedangkan Australia mengimpor 30% keperluan minyaknya.
Kaum Liberal menangkis: Tak mungkin pihak Buruh akan bisa
menggaet anggaran untuk mencapai sasarannya kalau tanpa
menaikkan pajak. Hanya golongan tertentu, seperti kalangan
bisnis dan investor, dari 14 juta orang Australia yang akan
terpukul dan diperas oleh Hayden jika ia berkuasa, demikian
pihak Liberal memperingatkan.
Kurang Populer
Kampanye Hayden itu ternyata terasa pengaruhnya dalam berbagai
poll yang meramalkan Buruh akan meraih lebih 51% suara. Pasar
modal terguncang dan nilai saham petusahaan sempat jatuh
karenanya.
Fraser, yang menjadi PM sejak 1975, dari semula tak merasa
kedudukannya terancam. Dirinya juga terpilih. Namun banyak
peninjau politik menilai pribadi Fraser kurang populer, sedang
pidato kampanyenya membosankan.
Ketika 80% suara telah dihitung sampai hari Minggu (19 Oktober),
koalisi yang dipimpin Fraser sudah meraih 66 dari 125 kursi DPR,
dibanding Buruh 51 kursi. Mayoritasnya sudah terjamin. Dan
ketika bangun pagi hari itu, Hayden melihat partainya sudah
kalah, lantas mengucapkan selamat pada Fraserdari kampung
halamannya di Ipswich, Queensland.
Namun Buruh agak menang juga, mengingat jumlah kursi yang
diraihnya sudah bisa dipastikan banyak meningkat dari hanya 38
dalam DPR yang lalu (masih 124 anggota). Hasil penghitungan
suara seluruhnya belum bisa segera diketahui, namun koalisi
Liberal-Country (86 kursi dalam DPR yang lalu) tampaknya akan
punya mayoritas yang jauh berkurang. "Ini merupakan hasil
mengesankan bagi Buruh dan pukulan bagi Fraser," komentar Hayden
yang juga terpilih.
Peralihan ke pro-Buruh sekali ini dianggap terbesar dalam
sejarah partai itu. Para pentolan Buruh lantas menyuarakan
optimisme akan kemungkinan kemenangan Buruh yang lebih besar
dalam pemilu berikutnya, tahun 1983.
"Kebijaksanaan ekonomi Fraser sebagian besar bertanggung-jawab
atas sangat berkurangnya dukungan pemilih" tulis Sunday
Telegraph, suatu koran Australia Namun dalam tiga tahun
mendatang kebijaksanaan ekonomi pemerintahan Fraser tak akan
banyak berubah dari lima tahun lalu. Perdagangan, proteksi,
investasi dan pertambangan uranium --semua itu, yang menjadi
masalah kontroversi selama ini, diduga akan tetap berlangsung
dari Fraser.
Proteksi dalam perdagangan Australia terutama sekali tidak
menggembirakan ASEAN. Namun negara-negara di kawasan ini sudah
terjamin akan berurusan dengan teman yang dikenal meskipun tidak
selalu disenangi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini