DI bawah tenda dan payung-payung merah putih, Mohammad Taufan
Sukarnoputra menikah dengan Iryani Levana Danubrata. Hampir
2.000 tamu menyaksikan acara di Jl. Setiabudi, Bandung, 18
Oktober itu. Di antaranya nampak Idham Khalid, Awaluddin Jamin,
dan semua anak Bung Karno kecuali Sukmawati. Bahkan Ratna Sari
Dewi berikut Kartika pun sengaja datang dari Paris.
"Semula saya ingin acara ini dihadiri 50 orang saja, dan tidak
pakai upacara adat," kata Ny. Lydia Danubrata, ibu pengantin
putri yang berdarah campuran Rusia dan Jepang. Tetapi Hartini,
ibu pengantin pria, ingin paling sedikit 1000 orang datang.
Alhasil, sebagai kompromi, Taufan yang baru lulus sebagai
sarjana Industrial Design dari ITB, membuat kartu undangan
sendiri sebanyak 700 lembar.
Selain itu, Taufan pun harus menjalani upacara mandi segala.
Yang dipakai malah air zamzam --untuk seluruhnya atau, lebih
mungkin, sebagian. Air itu dibawa oleh seorang anak Bung Karno
(Guruh?) dari Mekah, waktu pulang haji beberapa tahun lalu.
Sementara itu Meis (panggilan calon istrinya) dipingit tiga
malam. Meis anak pengusaha beken Sidik Danubrata dan cucu Enoch
Danubrata, teman dekat Bung Karno yang pernah menjabat Kadapol
Jawa Barat 1950-1962.
"Pria yang saya kagumi adalah Alain Delon. Di Indonesia ini
tidak ada yang seperti dia," kata Meis. Ia mengaku sering
bentrok dengan Taufan selama berpacaran--sejak 1973. "Tetapi
saya selalu mengalah," kata Taufan, yang punya rencana
melanjutkan studinya ke California. Di lain pihak, Meis yang
mengaku tidak suka bekerja ini juga berkeras mau menyelesaikan
sekolahnya. Ia mahasiswi tingkat IV jurusan Sastra Prancis di
Universitas Pajajaran.
Meis lahir 9 Januari 1958, sedang Taufan 27 Maret 1955. Yang
memberi khotbah dalam acara Minggu itu adalah K.H.E.Z.
Muttaqien, salah satu ketua Majelis Ulama Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini