Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Bakat Anak

Rapper Igor Saykoji tak menyangka anak pertamanya, Aaron Miguel Penyami, sangat melek terhadap isu sosial-politik. Aaron juga tertarik kuliah di jurusan hukum internasional.

8 Agustus 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Igor Saykoji bersama putranya Aaron Miguel Penyami, Jakarta 04 Agustus 2020. TEMPO/STR/Nurdiansah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GERAKAN Black Lives Matter di Amerika Serikat beberapa waktu lalu membuat rapper Ignatius Rosoinaya Penyami atau Igor Saykoji melihat sisi lain anak pertamanya, Aaron Miguel Penyami. Meski masih berusia 13 tahun, Aaron rupanya mengikuti pemberitaan yang ramai di Negeri Abang Sam itu. “Anak saya beberapa tahun terakhir sangat aware soal kondisi sosial-politik internasional ataupun Indonesia,” kata Saykoji saat dihubungi, Senin, 3 Agustus lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suatu kali, Aaron berselisih paham dengan sepupunya saat membicarakan Black Lives Matter dan Presiden Amerika Donald Trump. Jawaban Aaron tentang Trump sempat membuat Saykoji mengernyitkan dahi. “Katanya, kenapa sih orang-orang selalu melihat Trump dari satu sisi saja. Seburuk-buruknya orang, kalau dia dipilih sebagai kepala negara seharusnya dipikir caranya bekerja sama,” ucapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski gerakan Black Lives Matter, yang dipicu tewasnya pria kulit hitam George Floyd di tangan polisi Amerika, mendapat dukungan luas, Aaron menyesalkan aksi protes yang memicu kerusuhan di sejumlah kota itu. “Saya setuju polisi (Amerika) perlu direformasi, tapi bukan di-defund (dicabut anggarannya),” ujar Aaron.

Melihat Aaron tertarik pada isu politik serta minatnya pada kuliah hukum internasional, Saykoji mengajak dia berbincang dengan mantan aktivis 1998, Budiman Sudjatmiko. “Saya berpikir, anak ini potensinya lebih gede dari yang saya duga,” ucap Saykoji.

Ia mengenal Budiman sejak 2014, saat politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu merilis buku Anak-anak Revolusi jilid kedua. Dari Budiman, Aaron mendapat saran: jika ingin kuliah hukum internasional, jangan lupa belajar tentang hak asasi manusia.

Saykoji berkeinginan mengirim Aaron kuliah di Den Haag, Belanda, karena di sana ada Mahkamah Internasional. Namun ia belum menentukan pilihan antara The Hague University dan The Hague Academy of International Law.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus