Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Seminar di bali

Henry kissinger berada di indonesia untuk berbicara di depan seminar besar tentang asean di bali. ia juga sempat bertemu presiden soeharto. selain horor dari pidatonya, ia juga dibayar utk wawancara rcti.

16 Maret 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ENAK juga jadi mantan, jika kita bernama Henry Kissinger. Menteri Luar Negeri AS di tahun 1973-1977 ini, yang kemudian ikut memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian setelah Perang Vietnam selesai, sekarang bisa keliling ke seluruh dunia, tanpa dibebani tanggung jawab kenegaraan. Dan ia bisa mengumpulkan bayaran tinggi. Anda mau mengundangnya berceramah? Boleh. Tarifnya, menurut sebuah buku, US$ 100 ribu per pembicaraan. Berada di Indonesia sejak sepekan yang lalu, antara lain untuk berbicara di depan seminar besar tentang ASEAN di Bali, Kissinger juga mendapatkan beberapa hal: kesempatan bertemu dengan Presiden Soeharto, yang sudah dikenalnya sejak pertengahan tahun 1970-an. Dan tentu saja mendapat honorarium yang lumayan dari pidatonya di Bali. Lalu, ia juga dibayar sangat tinggi -- tak disebutkan berapa -- untuk wawancara yang disiarkan RCTI yang rekamannya dilangsungkan di tempatnya menginap, Hotel Mandarin. Bagaikan sebuah pertandingan bola, wawancara Kisingger dengan Sabam Siagian ini disponsori oleh sejumlah perusahaan, antara lain Bank Danamon, kopi Nescafe, mobil Peugeot. Di dalam satu konperensi pers di Bali, Sabam Siagian, wartawan Indonesia pertama yang dapat Nieman Fellowship di Universitas Harvard, menanyakan apakah bekas guru besar (Sabam memanggilnya "profesor") kelahiran Fuerth, Jerman, itu akan kembali ke universitas termasyhur itu nanti. "Saya tidak bermaksud kembali ke Harvard," jawab Kissinger, agak ketus. Ia kemudian menjelaskan bahwa ia tidak ngambek meskipun orang di Harvard pernah mengecamnya ketika ia menyetir politik AS dalam Perang Vietnam. Ia tak menjelaskan mengapa. Tapi barangkali siapa mau kembali susah-susah mengajar bila kita sudah dapat kemasyhuran, dan selalu dapat pendengar, dan selalu dapat sekian ribu dolar?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus