Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perempuan ayu itu duduk bersimpuh di depan jenazah Soeharto. Wajahnya, seperti terekam dalam kamera TVRI, terus menunduk. Sesekali ia menyeka air mata yang berlinang. Hampir tak ada yang mengenalinya, seandainya di sisinya tak ada Bambang Trihatmodjo, yang memangku seorang bocah perempuan usia dua tahun.
Wanita itu adalah penyanyi Mayangsari, dan gadis kecil itu adalah buah hatinya, Siti Kirani Hartinah Trihatmodjo. Sejak menjadi istri Bambang, inilah pertama kali Mayang menginjakkan kaki ke Cendana. Seorang petugas jaga mengatakan, ketiga trah Cendana itu datang lewat pintu depan.
Kendati hanya 10 menit, kehadiran Mayangsari membuat suasana duka agak terusik. Titiek dan Mamiek, dua adik perempuan Bambang, kabarnya tak senang hati atas kedatangan Mayang. Tak jelas apa yang terucap, tapi tak lama kemudian Mayang terlihat keluar dengan air mata bercucuran. Apa yang terjadi?
”Allah Mahatahu,” ujar Mayang kepada Tempo melalui pesan pendek. Kehadirannya, menurut Mayang, cuma untuk mengungkapkan rasa duka. ”Hanya dengan berdoa mudah-mudahan arwah beliau diterima di tempat yang paling mulia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, sesuai dengan amal baktinya. Amin,” ia menjelaskan masih melalui pesan pendek.
Lalu, bagaimana dengan Halimah Agustina Kamil? Bekas istri Bambang Trihatmodjo itu mengaku tak mengetahui insiden tersebut. ”Saya sedang salat magrib di tempat lain,” kata wanita yang akrab disapa Baby ini. Ditemui pada saat acara tahlilan di Cendana, Selasa malam pekan lalu, ibu tiga anak ini terlihat tabah. Tangannya menggenggam dua untai tasbih. Ihwal perceraiannya, ia mengatakan, ”Masih ada proses banding.”
Malam itu, sebagai nyonya rumah di Cendana, Halimah terlihat kompak dengan Elsye—istri Sigit Harjojudanto. Keduanya mengenakan abaya dan kerudung hitam. Putri-putri Cendana sendiri—Tutut, Titiek, dan Mamiek—menyelenggarakan tahlilan di Kalitan, Solo, Jawa Tengah.
Berbeda dengan Bambang yang ada masalah dengan istri dan bekas istrinya, suasana duka—bahkan sejak sakit hingga wafatnya sang ayah—justru membuat Hutomo Mandala Putra alias Tommy akrab kembali dengan bekas istrinya, Raden Ayu Ardhia Pramesti Regita Cahyani, yang biasa disapa Tata.
Ketika di rumah sakit, Tata selalu datang menjenguk, kadang bersama putra sulungnya Dharma Mangkuluhur Hutomo. Dia juga ikut menghadiri pemakaman sang mertua di Astana Giribangun dan acara tahlilan di Cendana.
Seperti Halimah, di Cendana Tata juga ”diburu” para pelayat untuk foto bersama. Perempuan berwajah ayu itu tak menampik permintaan mereka. Meski menggunakan maskara kehijauan, matanya masih terlihat sembab. ”Saya masih berduka,” ujarnya.
Apakah keakraban itu pertanda keduanya bakal kembali bersama? ”Tanya Mas Tommy,” sahut Tata cepat. Sayangnya, Tommy, yang sedang berbincang dengan Bambang di belakang rumah sambil mengepulkan asap rokok, enggan berbicara banyak. ”Lain kali saja,” katanya sambil tersenyum dan menepuk lengan Tempo.
Wafatnya Soeharto juga menarik datangnya bekas menantu yang lain: Prabowo Subianto. Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu menjenguk ketika Soeharto dirawat di rumah sakit dan hadir tatkala bekas presiden itu meninggal. Hadir pula Probosutedjo, adik tiri Soeharto yang sedang menjalani hukuman di LP Sukamiskin, Bandung.
Saat-saat duka memang sudah galibnya semua kerabat berkumpul dan memberi hor-mat kepada mendiang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo