Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satunya sisir ramping bergagang panjang berwarna perak, yang dibawanya ke mana-mana. ”Ini sisir anjing pudel,” katanya kepada Tempo di Jakarta, Rabu pekan lalu.
Happy, 38 tahun, sama sekali tak berniat menyisir bulu anjing. Ia sengaja membawa garu tersebut untuk merapikan rambutnya sendiri. ”Biar nyasak lebih hits,” ujarnya.
Produser pementasan teater Bunga Penutup Abad—dipentaskan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, 17-18 November 2018—ini awalnya kagum pada hasil sasakan salah satu makeup artist yang pernah mendandaninya. Dia merasa hasilnya lebih mantap. Rupanya, kata Happy, juru rias tersebut menggunakan sisir anjing yang mulanya ia beli untuk merapikan bulu anjing pudel miliknya. ”Akhirnya saya beli dari dia. Yang baru ya, yang belum dipakai pudel,” tutur Happy.
Selain sisir, barang lain yang wajib dibawa oleh Happy di antaranya dompet, power bank, pelembap bibir, bolpoin, kacamata hitam, dan kacamata minus untuk membantunya melihat jarak jauh. ”Juga buat baca,” kata peraih penghargaan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2010 lewat film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita itu.
Ahmad Rusdi -Dok. Pribadi
Diplomasi Batik
DUTA Besar Indonesia untuk Kerajaan Thailand, Ahmad Rusdi, mempraktikkan betul fungsi batik sebagai alat promosi budaya. Dalam setiap forum internasional, dia ke mana-mana mencangklong tas kulit hitam berisi tumpukan batik Pekalongan. Kain asal daerah kelahirannya itu dia suguhkan kepada kerabat atau kenalan barunya. ”Mereka senang. Bahkan dipakai di acara resepsi atau makan malam bersama,” kata Rusdi kepada Tempo, dua pekan lalu.
Kelihaian berdiplomasi batik turut mendorong karier sarjana hubungan internasional Universitas Padjadjaran, Bandung, itu. Pada 2015, Museum Rekor Dunia Indonesia mencatat Rusdi—saat itu Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri—sebagai pejabat protokol yang melayani enam presiden, yaitu Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo.
Terakhir, dua pekan lalu, batik turut mengantar Rusdi terpilih menjadi Ketua Komite Kepanduan Asia-Pasifik dalam Konferensi Pramuka Asia-Pasifik di Manila. ”Sejak dulu kami melakukan pendekatan dan lobi,” ujar Wakil Ketua Kwartir Nasional Pramuka Bidang Hubungan Luar Negeri 2013-2018 itu.
Rusdi, 61 tahun, besar dengan batik. Orang tuanya, Syakur Nawawi dan Soffah, adalah perajin batik ternama di Pekalongan, Jawa Tengah. Hasil produksi mereka diekspor hingga ke Inggris dan Jepang. Saat masih menjadi pramuka penggalang dan penegak, Rusdi remaja membantu orang tuanya mengantar pesanan. Dia juga menerjemahkan surat korespondensi ayahnya dengan mitra bisnis di luar negeri.
Didiet Maulana -TEMPO/Nurdiansah
Menodong Menteri
PERANCANG busana Didiet Maulana kerap memanfaatkan kedekatannya dengan pejabat. Misalnya saat dia menemui Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk fitting kebaya yang dikenakan dalam sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Agustus lalu. “Saya nodong minta buat video,” kata Didiet kepada Tempo, dua pekan lalu.
Ibu Menteri manut saja saat Didiet, 37 tahun, mengarahkan gaya dan kata-katanya. “Isinya memberi semangat kepada para penenun,” ucap perancang dari label IKAT tersebut.
Didiet membagikan video itu ke kelompok-kelompok penenun mitranya di Nusa Tenggara Timur, Bali, dan Jawa Tengah. “Supaya mereka bangga, karena apa yang mereka buat sekian lama dipakai menteri,” ujarnya. Menurut Didiet, pesan itu sukses mendongkrak semangat kerja para mama tersebut.
Pejabat lain yang pernah jadi “korbannya” adalah Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Awalnya Didiet agak takut-takut. Namun, di luar dugaannya, pensiunan jenderal asal Toba Samosir, Sumatera Utara, tersebut sangat terbuka terhadap ide video itu karena merasa dekat dengan tenun.
Setelah merancang pakaian untuk para tamu negara dalam Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia 2018 di Bali, bulan lalu, Didiet punya mimpi membuat busana tenun untuk Presiden Joko Widodo. Dia menilai Jokowi sebagai fashion icon yang bisa membuat generasi muda menggemari dan melestarikan tenun. “Lihat saja. Apa saja yang dia pakai pasti laku.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo