Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KOMPONIS Slamet Abdul Syukur rindu akan bunyi azan yang menyentuh. Namanya juga seniman, ia pun begitu sensitif, bahkan merasa terganggu, karena akhir-akhir ini suara azan dari balik pengeras suara masjid dekat rumahnya di Surabaya, Jawa Timur, terdengar keras dan sember.
”Kalau hanya untuk azan tak jadi masalah, tapi pidato, pengumuman, ceramah juga disiarkan melalui pengeras suara ini,” kata seniman musik yang masih memberi les privat di rumahnya itu. Cara ini rupanya kerap merusak konsentrasi komponis yang salah satu karyanya, Paha (thigh), pernah dimainkan Dutch Brass Quintet dalam Yogyakarta Brass Festival tahun lalu itu.
Ia mendambakan alunan azan tanpa melalui pengeras suara seperti tempo doeloe. Faktanya kini memang susah menangkap azan tanpa bantuan loudspeaker. Padahal, ”Suara yang seperti dulu itu malah terdengar syahdu,” katanya. Bagaimana kalau azan berpengeras suara ini justru dijadikan sumber inspirasi?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo