Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

9 Juli 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bernapas Perlahan Menurunkan Tekanan Darah

Bagi para pengidap hipertensi, kini ada cara baru yang sederhana untuk menurunkan tekanan darah. Tarik napaslah dengan perlahan, kemudian embuskan pelan-pelan. Memperlambat bernapas ternyata mampu menurunkan tekanan darah. Apalagi bila Anda mampu bernapas kurang dari 10 kali dalam semenit, hasilnya akan lebih baik.

Mengapa bernapas perlahan dan menahan napas singkat berfaedah? Menurut David Anderson dari Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat, cara kita bernapas merupakan kunci dalam mengatur tekanan darah, terutama dalam pengaturan kadar garam dalam darah. Untuk membuktikannya, Anderson mencoba melatih para penderita tekanan darah tinggi bernapas perlahan, dengan sebuah alat yang bisa membantu bernapas secara perlahan. Alat tersebut memang merupakan obat nonresep yang disetujui otoritas makanan dan obat-obatan AS, FDA, sejak 2002, yang biasa digunakan penderita hipertensi menurunkan tekanan darah.

Teknik ini memang belum 100 persen terbukti secara ilmiah. Namun percobaan penelitian yang dia lakukan sudah menunjukkan ke arah yang benar. Dalam uji klinis, seperti yang dimuat di MedicalNews, Selasa pekan lalu, orang yang menggunakan alat napas perlahan selama 15 menit sehari dalam dua bulan, tekanan darah mereka menurun 10-15 poin. Namun bernapas perlahan ini tetap harus diikuti “aturan main” hipertensi lainnya: makanan sehat, olah raga, dan obat dari dokter.

Kucing Perparah Alergi

Para pencinta kucing, harap lebih berhati-hati. Penelitian yang dimuat di American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, Minggu dua pekan silam, menunjukkan para penderita alergi oleh sebab apa pun—tidak harus alergi kucing—akan kesulitan bernapas, seperti yang terjadi pada penderita asma, bila berdekatan dengan kucing atau bekas bulu kucing.

Penelitian ini melibatkan 1.884 orang dewasa dari berbagai kawasan Eropa. Para peneliti mendatangi rumah para partisipan untuk mengambil sampel debu yang ada di rumah, mendata penderita alergi terhadap kucing, serta mengambil contoh darah untuk mendeteksi adanya alergi. Partisipan juga dites kemampuan mengirup udara dalam paru. Ternyata, menurut Dr Susan Chinn kepada Reuters, Senin pekan silam, penderita alergi mengalami kesulitan bernapas bila di rumah mereka ditemukan banyak ”bekas” kucing. Tapi, menurut Chinn, ini baru penelitian awal, yang butuh tes lanjutan. Jadi, jangan buru-buru membuang kucing kesayangan Anda.

Penderita Epilepsi Cenderung Bunuh Diri

Berlakulah lebih baik dan hati-hati terhadap penderita epilepsi. Sebab, menurut penelitian terbaru dari Rumah Sakit Universitas Aarhus, Denmark, penderita ayan punya kecenderungan bunuh diri tiga kali lebih tinggi ketimbang masyarakat pada umumnya. Kecenderungan bunuh diri itu makin tinggi, yaitu hingga lima kali, bagi penderita epilepsi yang baru didiagnosis kurang dari enam bulan. Sedangkan orang yang didiagnosis memiliki epilepsi dan penyakit psikis lain bahkan 14 kali lebih besar memiliki keinginan bunuh diri ketimbang orang kebanyakan.

Menurut Jakob Christensen, salah satu peneliti, stigmatisasi dari orang lain terhadap penderita epilepsi saat kambuh inilah yang memperkuat dorongan bunuh diri. Apalagi seseorang yang didiagnosis epilepsi, menurut dia, akan merasa tidak memliki masa depan dan kehilangan banyak kesempatan. ”Padahal prevalensi penderita epilepsi cukup tinggi, yaitu 1 persen dari populasi,” kata Christensen, seperti dimuat BBC, Selasa pekan lalu.

Untuk itu, siapa pun perlu menolong para penderita epilepsi ini agar tidak makin tertekan. Tentu saja, penderita perlu menjalani pengobatan medis. Sebab, dengan pengobatan yang tepat, sekitar 70 persen penderita epilepsi akan terhindar dari serangan alias kambuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus