Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Takut tentara jepang

Achmadi alias gedok, 53, tinggal di kampung antasan kecil barat, banjarmasin bersembunyi selama 33 thn. bekas murid syafi'iyah tersebut sembunyi karena dikiranya tentara jepang masih berkuasa di indonesia.

10 Juli 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HIROO Onoda, 58 tahun, orang Jepang yang pernah bersembunyi di pulau Lubang, Pilipina, kini telah menikah dan hidup normal di Amerika Selatan. Jepang yang lain yang pernah diketemukan di Morotai Januari 1975, Teruo Nakamura, 58 tahun, telah hidup kembali ke negerinya, biarpun kabar tentang Teruo-san kini tidak pernah terdengar lagi. Kedua bekas tentara Jepang tersebut bersembunyi 30 tahun lamanya dan waktu itu mengira bahwa peperangan belum usai. Ternyata ada juga orang Indonesia yang nyaris begitu. Achmadi alias Gedok, 53 tahun, bujangan yang tinggal di kampung Antasan Kecil Barat, Banjarmasin, tetap bersembunyi di dalam pondok kakak perempuannya, selama 33 tahun. Tidak pernah keluar rumah, ke jalanan, ke pasar atau ke mesjid sekalipun. Ia taat bersembahyang -- berikut Tahajud dan puasa, tapi untuk sembahyang Jum'at, dia minta uzur. Mukanya pucat langka ketimpa sinar matahari. Matanya besar, selalu menggambarkan takut di roman mukanya. Kenapa? Peristiwanya adalah 33 tahun yang lalu, di kala Gedok berumur 20 tahun. Di saat pendudukan Jepang. Pada suatu hari, Gedok melihat dengan mata kepala sendiri keganasan bala tentara Jepang yang menyiksa dan menangkap orang-orang di kampungnya. Mulai saat itulah, Gedok tidak pernah hilang rasa was-was dan takut dan ngeri. Baaikan seorang pertapa, dia tidak pernah keluar dari rumahnya. Selain dengan kakak perempuannya yang janda, Gedok juga punya teman, Awad Alkatiri namanya: satu-satunya orang luar yang dipercaya Gedok. Tapi ini bukan berarti Awad bisa mempengaruhi Gedok untuk hidup seperti layaknya manusia bebas, biarpun Awad sudah meyakinkan Gedok bahwa tentera Jepang sudah lama menyerah dan republik ini telah merdeka. Rasa takut akan orang berpakaian berseragam (apakah mereka itu polisi, tentera dan Hansip) tetap tebal. Sehingga pada waktu Pemilu yang lalu, dilakukan perlakuan khusus untuk Gedok. Semua pejabat yang berpakaian dinas, disingkirkan dulu. Dengan dibujuk dan diantar, Gedok pun menusuk salah satu tanda gambar. Kabarnya, bekas guru Gedok di sekolah Syafi'iyah, KH Ridwan Syahrani yang pernah jadi anggota DPR/MPRS dari partai NU, akan mencoba membujuk Gedok untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Sebab gurunya yang satu inilah yang masih dijadikan kenangan manis baginya,

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus