UMURNYA telah 35 tahun. Isteri satu anak tiga dan pernah main
dalam 90 buah film. Mendapat berbagai tanda penghargaan, tapi
yang terakhir -- dalam FFI di Bandung -- dia berhasil meraih
aktor pembantu terbaik dalam film Laila Majenun.
Biarpun begitu, Farouk Afero, tidak puas dan gelisah. Dengan
alasan resah dan gelisah inilah, Farouk akhir-akhir ini sering
datang ke Taman Ismail Marzuki. "Di sini saya menemukan
manusia-manusia gelisah dan saya selalu merasa lebih gelisah.
Untuk cari kenetralan, saya datang ke TIM", demikian alasannya.
Ketika TIM mengadakan pameran kaki lima, Farouk muncul lagi.
Langsung dia duduk di tengah gerombolan para penyair, kelas
manusia yang dikagumi Farouk. Malah dia berniat akan mensponsori
pembacaan puisi, paling tidak sebulan sekali. Karena itulah,
demikian para penyair melihat Farouk, mereka serentak berkata:
"Sponsor". Traktir minum terhalang, karena Farouk kemudian
berkata: "Kalau uang aku tak bawa. Kalau ada yang mau mengambil
minuman di rumahku, boleh". Apa boleh buat, minuman diambil dan
pembacaan puisi berlangsung di tengah tegukan bir dan Johnny
Walker. Penyair Sutardji Calzoum Bachri yang suka minum bir itu
tidak absen malam itu.
Kini ada akal baru lagi di kepala Farouk. Bukan gundul kepala
untuk kemudian berdemonstrasi tunggal seperti yang pernah
dilakukannya. "Membuat film kehidupan Presiden Suharto",
katanya. "Kalau ini bisa tercapai, akan saya beri judul: Bapak
Hidup Sederhana"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini