Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Budiman Sudjatmiko, 43 tahun, tak akan melupakan pengalamannya naik haji tahun ini. Anggota Komisi Pemerintahan Dewan Perwakilan Rakyat ini berangkat dengan biaya sendiri, tapi bergabung dalam rombongan koleganya dari Komisi Agama, yang bertugas memantau pelaksanaan ibadah haji. Pada malam pertama setiba di Mekah, setelah beristirahat sejenak, ia bersama koleganya menunaikan tawaf. Karena sangat ingin mencium Hajar Aswad, Budiman terpisah dari rombongan. Tak lama, giliran tas pinggangnya menghilang entah ke mana. Uang 500 riyal (sekitar Rp 1,5 juta) pun melayang. Namun, yang lebih memusingkan, catatan alamat hotel ikut lenyap.
Hingga esok hari, ia masih luntang-lantung di sekitar Masjidil Haram. "Saat itu saya sudah lapar dan capek. Bingung lagi," katanya pekan lalu. Saat sedang kebingungan, "Tiba-tiba lewat teman demo yang sudah 20 tahun tidak ketemu," ujar mantan aktivis kiri yang kini bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini. Walhasil, dia ikut ke penginapan teman yang sekarang jadi wartawan itu.
Titik terang akhirnya datang. Sang teman mendapat kabar akan ada konferensi pers oleh anggota Komisi Agama DPR dan Kementerian Agama. Budiman pun bisa pulang dengan bekal uang pinjaman. "Malam itu entah kenapa kacau. Tapi, saya pikir, Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan saya," katanya. "Buktinya, ketika saya bingung, Tuhan mempertemukan saya dengan orang yang hampir tidak pernah saya pikirkan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo