Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hari masih pagi benar saat Dahlan Iskan meluncur ke kantornya di kawasan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Rambutnya basah oleh keringat seusai senam di Lapangan Monas, Jakarta Pusat. Kegiatan itu sudah dia lakukan selama dua tahun terakhir: memulai hari dengan olahraga senam. Bergegas membersihkan diri, dia menyanyikan dengan riang salah satu pengiring senamnya: Di Reject Aja. Barangkali ada ilham memancar dari lagu dangdut itu. Kini, Menteri Badan Usaha Milik Negara itu sedang mengkaji kemungkinan me-reject salah satu dari dua perusahaan pelat merah: PT Pertamina atau PT Perusahaan Gas Negara—lantaran kasus persinggungan (cross section) pipa gas dan kebijakan open access.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo