DI Jakarta, paling tidak ada dua Lukman Hakim. Yang pertama
Lukman Hakim dari Universitas Indonesia, Ketua Dewan Mahasiswa
Universitas Indonesia. Tampang Lukman yang dari UI cukup
ngganteng. Anak Palembang, 26 tahun, duduk di tingkat IV FIPIA.
Lukman Hakim yang lain ialah yang dulunya juru kamera (sejak
1954) dan kini mencoba peruntungan sebagai sutradara film, mulai
1974. Film-film yang disutradarainya antara lain Dikejar Dosa
(1974), Malam Pengantin (1975) dan Cinta Rahasia (1976).
Lukman menginjak kariernya ketika dulu Garuda Film mengangkatnya
sebagai pembantu juru kamera selama 5 tahun. Tahun 1959 dia
berhasil jadi juru kamera penuh, dan film-film yang ditembak
lewat kameranya antara lain Holopis Kuntul Baris, Daerah Tak
Bertuan (1963), Madju Tak Gentar (1965) Laki-Laki Tak
Bernama(1969), Beranak Dalam Kubur (1971), Kehormatan (1973).
Dalam Festival Film lndonesia 1973, ia berhasil meraih piala
Citra sebagai juru kamera terbaik untuk Perkawinan. Dua tahun
berikutnya dalam acara yang sama, Lukman mendapat piala yang
sama pula untuk film-film Dikejar Dosa (1975) dan Senyum Di Pagi
Bulan Desember (1976). Sekarang dia sedang menjuru-kamerai film
Di Bawah Lindungn Ka'bah. Untuk keperluan itu, dia harus ke
Mekah. Urusan paspor dan visa pun diurusnya, dan di sinilah
cerita mulai.
Pihak Imigrasi menolak memberi visa Lukman. "Masakan saya dikira
Lukman Hakim UI," katanya. Lukman Hakim yang dari film ini nama
lengkapnya Lukman Hakim Nain. Umurnya pun cukup banyak bedanya
dengan Lukman UI. Lnkman Hakirn yang lahir di pinggiran Danau
Kerinci, Sumatera Barat ini, usianya 47 tahun.
Urusan visa bisa selesai setelah isterinya campur tangan:
menulis surat pernyataan bahwa suaminya betul pekerja film,
bukan mahasiswa UI. Lukman film ini malah hanya pernah duduk di
kelas III SMA dan kemudian mengikuti kursus memotret di
Bandung. "Wah, Imigrasi 'ni main-main kali. Tentunya mereka kan
tahu, Lukman Hakim Nain lebih dulu terkenal dari Lukman Hakim
UI," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini