KETIKA Persija masuk final turnamen Marah Halim Cup (disingkat
Mahal Cup) 1977, hampir tak seorang yang percaya bahwa
kesebelasan Ibukota ini bisa meraih gelar juara. Seorang
penggemar denoan nada mantap memberi alasan: "Soalnya dalam tim
tersebut ada Junaedi Abdillah sih".
Junaedi Abdillah (29 tahun), berasal Ampenan, Lombok, bukan
pemain jelek. Dia sebenarnya ibarat seorang dirigen merangkap
tukang tembak. Jadi kurang apa lagi? Kurang nasib baik,
barangkali. Dia pernah turut pre-Olimpik 1972 di Rangoon. Juga
di Jakarta dalam pertandingan yang sama, di tahun 1976 - dan tim
Junaedi gagal. Dalam pre-Olimpik barusan di Singapura, Jun juga
sebagai pemain inti dan gagal. Di tingkat bond, ketika Jun turut
dalam Persebaya yang beberapa kali nyaris jadi juara kesebelasan
itu juga gagal.
Tanggal 8 April yang lalu, si senterpor yang berkaos nomor 9 ini
menikah. Nah, kali ini ia tidak gagal. Ia kawin dengan Tiny
Cahyawaty, anak perempuan seorang perwira tinggi Hankam. Mereka
berkenalan Nopember 1975. PSSI waktu itu sedang gencar-gencarnya
dilatih pelatih Belanda Wiel Coerver. Pesta perkawinan diadakan
di Bali Room, Hotel Indonesia Sheraton. Berbicara tentang
kesialan, Ketua Umum Persija yang juga Wakil Gubernur DKI Jaya,
Urip Widodo SH, berucap: "Coba lihat faktanya. Persija dan Jun
'kan berhasil keluar sebagai juara Mahal Cup". Bekas Wakil
Gubernur Irian Jaya (kini Wakil Ketua Bidang Tehnik Persija)
Acub Zainal lantas meningkahi: "Soalnya bagaimana kita bisa
menjiwai pemain dan tim itu sendiri".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini