BERITA yang menggemparkan itu bermula pada keteledoran Ny. Leah
Rabin, 49 tahun, isteri sang Perdana Menteri. Ketika itu ia
berkunjung ke Washington bersama suaminya awal Maret ini. Sang
nyonya mengambil uangnya pada sebuah bank. Tiba-tiba ia
dipergoki oleh wartawan harian Israel Haaretz yang ikut serta
dalam rombongan pembesar Israel itu.
Dari penyelidikan wartawan inilah kemudian bocor rahasia
keluarga Rabin yang menyimpan uang secara tidak sah di bank
Amerika. Beberapa hari berita itu menarik perhatian orang banyak
Israel yang menghadapi pemilihan umum di bulan depan. Tapi
puncak dari kegoncangan tercapai pada malam buta tanggal 17
April yang lalu.
Lewat radio pemerintah, Yitzak Rabin mengumumkan keputusannya
untuk mengundurkan diri dari jabatan care taker Perdana Menteri
Israel. Lewat pengumuman yang sama. Rabin juga mengundurkan diri
dari kedudukan sebagai ketua Partai Buruh, serta sekaligus
menarik diri dari kemungkinan ikut bertarung dalam pemilihan
umum Israel tanggal 17 bulan depan.
Cerita yang melibatkan Rabin, tapi juga isterinya ini, bermula
lama sebelum ia menduduki kursi perdana menteri. Ketika ia masih
menjadi duta besar negerinya untuk Amerika di Washington, kedua
suami isteri itu ada menyimpan uang di bank Amerika. Sepulang
mereka ke Israel, uang yang jumlahnya 21 ribu dolar itu
ditinggalkan tak terganggu di bank Washington. Ini bertentangan
dengan undang-undang Israel. "Kami sih tahu bahwa ada sesuatu
yang tidak beres, tapi kami tidak begitu sadar akan
keseriusannya. Dan keadaan macam ini berlangsung dari
tahun-tahun sebagai suatu yang tidak terlalu kami perhatikan",
begitu Leah, isteri Rabin menjelaskan pekan silam.
Tidak Menolak Hooorarium
Ribut mengenai simpanan di bank Amerika ini sebenarnya bukanlah
keterlibatan pertama Rabin dalam soal uang. Ketika masih calon
perdana menteri, lawan-lawan politiknya berhasil membongkar
kekayaan Rabin yang dikumpulkannya ketika masih jadi duta di
Washington. "Uang yang 90 ribu dolar itu dikumpulkannya dari
berbagai honorarium ceramah dan kuliah yang ia berikan. Tapi
dubes yang baik pasti akan menolak honorarium demikian", kata
lawan politiknya 35 bulan yang silam.
Pemerintah Israel telah berkeputusan untuk menghadapkan suami
isteri Rabin ke depan pengadilan. Tertolong oleh jabatannya,
Rabin cuma diminta membayar denda sebesar 1600 dolar ("untuk
menyelamatkan kehormatan kursi perdana menteri"). Tapi isterinya
tetap harus diadili dalam waktu dekat. Dan sang isteri yang
merasa bersalah itu ("Rabin adalah orang sederhana yang jarang
pergi belanja dan tidak biasanya membawa uang dalam sakunya",
kata Leah), berniat muncul sendirian di depan mahkamah. Tapi
suaminya tidak setuju karena ia pun merasa bersalah. Katanya:
"Kami selalu bersama dalam segala soal, juga dalam soal ini.
Saya tidak ingin dipisahkan dengan isteri lewat pembicaraan
orang ramai mengenai uang Leah Rabin di bank".
Empat hari setelah Rabin mengumumkan niat mundurnya, Partai
Buruh melangsungkan pemilihan ketua. Yang terpilih adalah bekas
Menteri Pertahanan Shimon Peres. Bekas Menteri Luar Negeri Yigal
Allon menjadi orang kedua Partai Buruh. Ini berarti bahwa kedua
orang inilah yang bakal bersaing memperebutkan kursi perdana
menteri Israel setelah pemilu mendatang, jika Partai Buruh
memang masih menang. Tapi cepat-cepat Allon mengeluarkan
pernyataan: "Saya tidak akan bertarung untuk jadi perdana
menteri". Katanya selanjutnya: "Ini keputusan yang berat buat
saya dan teman-teman saya. Tapi keputusan tidak bisa dihindari
demi keutuhan partai dan kemenangan pada pemilu mendatang".
Pertimbagan yang dikemukakan Allon tidak amat mengejutkan para
peninjau politik, mengingat kemerosotan perekonomian (inflasi
38%) Israel selama diperintah kabin. Juga terjadinya se
jumlah skandal yang mengurangi popularitas partai tersebut.
Salah satu yang mengejutkan ialah bunuh dirinya Menteri
Perumahan Avraham Of er, 55 tahun. la merasa difitnah terima
suap.
Perdamaian Total
Peres, 53 tahun, dikenal sebagai lawan politik Rabin yang amat
keras terhadap pihak Arab dalam masalah wilayah Arab yang
diduduki oleh Israel. Sifatnya yang keras itulah yang seringkali
menimbulkan pertentangan antara Rabin dan Peres pada masa-masa
silam. Peres yang dikalahkan dengan perbedaan suara yang amat
tipis oleh Rabin dalam pemilihan umum Israel yang terakhir,
merasa cukup kuat untuk melanjutkan garis politiknya yang keras
itu. Kini ketika jalan terbuka baginya untuk jadi perdana
menteri, sikap kerasnya menempatkan dirinya dalam posisi yang
tidak mudah. Melihat kemungkinan Peres jadi perdana menteri,
bukan saja pihak Arab, tapi juga Presiden Amerika Jimmy Carter
khawatir bahwa hal tersebut bisa menyebabkan sulitnya tercapai
perundingan damai di Timur Tengah.
Menyadari hal itu, Peres pekan silam mengeluarkan pernyataan:
"Tidak akan terjadi perubahan yang penting dalam
kebijaksanaan-kebijaksanaan Israel, dan kami akan terus
melanjutkan perundingan-perundingan yang bermanfaat dengan
negara-negara Arab tetangga kami guna mencapai suatu perdamaian
total dan sejati di Timur Tengah". Setelah mengeluarkan
pernyataan, Peres segera mengirim penasehat politiknya, Ben
Nathan, ke Washington. "Rencana perjalanan saya ke Amerika
Serikat diputuskan jauh sebelum Peres menjadi ketua partai",
kata Nathan pekan silam. Tapi para peninjau politik di
Yerussalem yakin betul bahwa kepergian Nathan tidak bisa
dipisahkan dari usaha Peres untuk "memperlembut" wajahnya di
mata Washington mau pun negara-negara Arab.
Mestinya Peres sudah harus menjabat kedudukan yang ditinggalkan
Rabin sejak pekan silam kalau Jaksa Agung Israel, Aharon Barak,
tidak campur tangan. "Menurut undang-undang Israel, seorang
perdana menteri yang memimpin kabinet yang demisioner tidak
boleh meninggalkan jabatannya begitu saja sebelum dilangsungkan
pemilihan umum", demikian Aharon Barak memberi penjelasan.
Rabin terpaksa harus tetap memimpin pemerintahan Israel hingga
hasil pemilu 17 Mei bulan mendatang diumumkan. Tapi bahkan
sebelum itu, Rabin sudah menyadari bahwa harapannya untuk
mencapai suatu perdamaian dengan pihak Arab dalam masa
pemerintahannya pada akhirnya tinggal jadi impian kosong belaka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini