Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Karena istri teledor

Yitzak rabin, akan mengundurkan diri dari jabatan pm dan ketua partai buruh dan tidak ikut bertarung pada pemilu bulan depan. akibat ulah istrinya, kepergok mengambil uang tabungan di bank amerika. (ln)

23 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERITA yang menggemparkan itu bermula pada keteledoran Ny. Leah Rabin, 49 tahun, isteri sang Perdana Menteri. Ketika itu ia berkunjung ke Washington bersama suaminya awal Maret ini. Sang nyonya mengambil uangnya pada sebuah bank. Tiba-tiba ia dipergoki oleh wartawan harian Israel Haaretz yang ikut serta dalam rombongan pembesar Israel itu. Dari penyelidikan wartawan inilah kemudian bocor rahasia keluarga Rabin yang menyimpan uang secara tidak sah di bank Amerika. Beberapa hari berita itu menarik perhatian orang banyak Israel yang menghadapi pemilihan umum di bulan depan. Tapi puncak dari kegoncangan tercapai pada malam buta tanggal 17 April yang lalu. Lewat radio pemerintah, Yitzak Rabin mengumumkan keputusannya untuk mengundurkan diri dari jabatan care taker Perdana Menteri Israel. Lewat pengumuman yang sama. Rabin juga mengundurkan diri dari kedudukan sebagai ketua Partai Buruh, serta sekaligus menarik diri dari kemungkinan ikut bertarung dalam pemilihan umum Israel tanggal 17 bulan depan. Cerita yang melibatkan Rabin, tapi juga isterinya ini, bermula lama sebelum ia menduduki kursi perdana menteri. Ketika ia masih menjadi duta besar negerinya untuk Amerika di Washington, kedua suami isteri itu ada menyimpan uang di bank Amerika. Sepulang mereka ke Israel, uang yang jumlahnya 21 ribu dolar itu ditinggalkan tak terganggu di bank Washington. Ini bertentangan dengan undang-undang Israel. "Kami sih tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres, tapi kami tidak begitu sadar akan keseriusannya. Dan keadaan macam ini berlangsung dari tahun-tahun sebagai suatu yang tidak terlalu kami perhatikan", begitu Leah, isteri Rabin menjelaskan pekan silam. Tidak Menolak Hooorarium Ribut mengenai simpanan di bank Amerika ini sebenarnya bukanlah keterlibatan pertama Rabin dalam soal uang. Ketika masih calon perdana menteri, lawan-lawan politiknya berhasil membongkar kekayaan Rabin yang dikumpulkannya ketika masih jadi duta di Washington. "Uang yang 90 ribu dolar itu dikumpulkannya dari berbagai honorarium ceramah dan kuliah yang ia berikan. Tapi dubes yang baik pasti akan menolak honorarium demikian", kata lawan politiknya 35 bulan yang silam. Pemerintah Israel telah berkeputusan untuk menghadapkan suami isteri Rabin ke depan pengadilan. Tertolong oleh jabatannya, Rabin cuma diminta membayar denda sebesar 1600 dolar ("untuk menyelamatkan kehormatan kursi perdana menteri"). Tapi isterinya tetap harus diadili dalam waktu dekat. Dan sang isteri yang merasa bersalah itu ("Rabin adalah orang sederhana yang jarang pergi belanja dan tidak biasanya membawa uang dalam sakunya", kata Leah), berniat muncul sendirian di depan mahkamah. Tapi suaminya tidak setuju karena ia pun merasa bersalah. Katanya: "Kami selalu bersama dalam segala soal, juga dalam soal ini. Saya tidak ingin dipisahkan dengan isteri lewat pembicaraan orang ramai mengenai uang Leah Rabin di bank". Empat hari setelah Rabin mengumumkan niat mundurnya, Partai Buruh melangsungkan pemilihan ketua. Yang terpilih adalah bekas Menteri Pertahanan Shimon Peres. Bekas Menteri Luar Negeri Yigal Allon menjadi orang kedua Partai Buruh. Ini berarti bahwa kedua orang inilah yang bakal bersaing memperebutkan kursi perdana menteri Israel setelah pemilu mendatang, jika Partai Buruh memang masih menang. Tapi cepat-cepat Allon mengeluarkan pernyataan: "Saya tidak akan bertarung untuk jadi perdana menteri". Katanya selanjutnya: "Ini keputusan yang berat buat saya dan teman-teman saya. Tapi keputusan tidak bisa dihindari demi keutuhan partai dan kemenangan pada pemilu mendatang". Pertimbagan yang dikemukakan Allon tidak amat mengejutkan para peninjau politik, mengingat kemerosotan perekonomian (inflasi 38%) Israel selama diperintah kabin. Juga terjadinya se jumlah skandal yang mengurangi popularitas partai tersebut. Salah satu yang mengejutkan ialah bunuh dirinya Menteri Perumahan Avraham Of er, 55 tahun. la merasa difitnah terima suap. Perdamaian Total Peres, 53 tahun, dikenal sebagai lawan politik Rabin yang amat keras terhadap pihak Arab dalam masalah wilayah Arab yang diduduki oleh Israel. Sifatnya yang keras itulah yang seringkali menimbulkan pertentangan antara Rabin dan Peres pada masa-masa silam. Peres yang dikalahkan dengan perbedaan suara yang amat tipis oleh Rabin dalam pemilihan umum Israel yang terakhir, merasa cukup kuat untuk melanjutkan garis politiknya yang keras itu. Kini ketika jalan terbuka baginya untuk jadi perdana menteri, sikap kerasnya menempatkan dirinya dalam posisi yang tidak mudah. Melihat kemungkinan Peres jadi perdana menteri, bukan saja pihak Arab, tapi juga Presiden Amerika Jimmy Carter khawatir bahwa hal tersebut bisa menyebabkan sulitnya tercapai perundingan damai di Timur Tengah. Menyadari hal itu, Peres pekan silam mengeluarkan pernyataan: "Tidak akan terjadi perubahan yang penting dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan Israel, dan kami akan terus melanjutkan perundingan-perundingan yang bermanfaat dengan negara-negara Arab tetangga kami guna mencapai suatu perdamaian total dan sejati di Timur Tengah". Setelah mengeluarkan pernyataan, Peres segera mengirim penasehat politiknya, Ben Nathan, ke Washington. "Rencana perjalanan saya ke Amerika Serikat diputuskan jauh sebelum Peres menjadi ketua partai", kata Nathan pekan silam. Tapi para peninjau politik di Yerussalem yakin betul bahwa kepergian Nathan tidak bisa dipisahkan dari usaha Peres untuk "memperlembut" wajahnya di mata Washington mau pun negara-negara Arab. Mestinya Peres sudah harus menjabat kedudukan yang ditinggalkan Rabin sejak pekan silam kalau Jaksa Agung Israel, Aharon Barak, tidak campur tangan. "Menurut undang-undang Israel, seorang perdana menteri yang memimpin kabinet yang demisioner tidak boleh meninggalkan jabatannya begitu saja sebelum dilangsungkan pemilihan umum", demikian Aharon Barak memberi penjelasan. Rabin terpaksa harus tetap memimpin pemerintahan Israel hingga hasil pemilu 17 Mei bulan mendatang diumumkan. Tapi bahkan sebelum itu, Rabin sudah menyadari bahwa harapannya untuk mencapai suatu perdamaian dengan pihak Arab dalam masa pemerintahannya pada akhirnya tinggal jadi impian kosong belaka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus