PEMERINTAH baru India pimpinan Perdana Menteri Morarji Desai
sibuk berbenah. Semua kebijaksanaan pemerintahan sebelumnya,
pimpinan Indira Gandhi, ditinjau kembali. Para menteri
bergantian mengumumkan kebijaksanaan baru sembari, tentu saja,
memaki dan mencerca kebijaksanaan dalam bidang yang sama yang
dulu ditempuh oleh pemerintahan Indira.
Pekan silam, dua orang menteri sibuk mencela pemerintahan yang
mendahuluinya sembari mengumumkan rencana-rencananya. Mula-mula
Menteri Penerangan LK. Advani angkat bicara. Tokoh yang pernah
dipenjarakan selama 19 bulan oleh Nyonya Gandhi ini, muncul
dalam sebuah pertemuan mesra dengan para wartawan. "Kejadian
macam ini tidak pernah terjadi dengan menteri penerangan
sebelumnya", kata seorang wartawan yang hadir.
Kata Advani dalam pertemuan itu: "Cara-cara agresif dan
propagandis tak cocok dengan kebijaksanaan pemerintah baru".
Sudah itu Advani berbicara mengenai pencabutan sensor,
peninjauan kembali kedudukan kantor berita India yang dipaksa
menjadi satu - dari empat kantor berita - oleh pemerintahan
Nyonya Gandhi. Juga soal pengusiran tujuh wartawan asing serta
larangan tetap bagi mereka untuk masuk ke India kabarnya akan
ditinjau kembali. Advani juga berjanji untuk mempermudah serta
mengusahakan agar para wartawan selalu bisa menghubungi Perdana
Menteri Desai.
Sterilisasi
Suara Advani kalah seru oleh pernyataan Menteri Kesehatan Raj
Narain. Yang terakhir ini adalah tokoh yang mengalahkan Indira
Gandhi dalam daerah pemilihan mereka. Salah satu isyu yang
dipergunakan Narain dalam pemilu yang lalu adalah yang
menyangkut pemaksaan keluarga berencana oleh pemerintah Indira.
Karena itu maka soal pertama yang ditangani Narain adalah soal
keluarga berencana itulah.
Kata menteri kesehatan itu pekan silam: pemerintah tidak lagi
akan menggunakan sterilisasi sebagai cara untuk melaksanakan
keluarga berencana. Kita akan menggunakan cara-cara suka rela
sesuai dengan tradisi kebudayaan dan ketika bangsa". Sebelumnya,
cara yang ditempuh pemerintah memang tidak suka rela, melainkan
dengan paksaan - yang kadang-kadang membawa akibat yang amat
merusak. Program yang dijalankan oleh pemerintah lama telah
membawa pertentangan luas dalam negeri yang pada akhirnya
menyebabkan kalahnya partai pemerintah, Partai Kongres, pimpinan
Nyonya Gandhi.
Soal keluarga berencana memang masalah pokok dalam setiap
kebijaksanaan pemerintah yang memerintah India. Negeri yang
berpenduduk 620 juta jiwa itu menduduki tempat kedua dalam
banyaknya jumlah manusia sebagai warganya di dunia ini. Menurut
catatan, dalam waktu 30 tahun, penduduk India berlipat dua. Jika
laju pertambahan itu masih tetap seperti dewasa ini, maka
diperhitungkan akan dicapai jumlah 1 milyar manusia India di
akhir abad ini.
Kenyataan inilah yang rupanya yang amat menghantui Indira dan
anaknya, Sanjay. Dalam keadaan darurat - tanpa pers bebas, tanpa
oposisi yang berarti ketakutan itu mendapatkan bentuknya sebagai
yang dipraktekkan pada masa-masa terakhir pemerintah Indira.
Hasil program pemerintah memang hebat. Dari target 4,3 juta
manusia yang diharus disterilisasikan antara April 1976 hingga
Januari 1977, ternyata yang berhasil dicapai adalah 7,8 juta.
Tapi dari balik cerita sukses besar ini bangkitlah kisah-kisah
sedih dari banyak warga India yang telah diperlakukan secara
sewenang-wenang. Resminya sterilisasi itu dilakukan dengan cara
sukarela, tapi sistim target dengan insentif kepada para petugas
kemudian mengubah kegiatan itu menjadi suatu yang amat
mengerikan. Setiap petugas minimal harus mendapatkan dua orang
yang disterilisasikan. Karena tidak mudah mendapatkan
masing-masing minimal dua orang, para petugas itu melakukan
macam-macam cara yang mungkin mereka lakukan. Di beberapa
daerah, dibuat peraturan bahwa untuk mendapatkan surat izin
berdagang, mengemudi, surat catu makanan, bahkan surat izin
memiliki senjata, diperlukan surat sterilisasi.
Cara semacam ini ternyata belum juga menyebabkan dicapainya
target yang diwajibkan kepada para petugas itu. Bekerja sama
dengan polisi, mulailah dilakukan pemaksaan kepada siapa saja
yang ditemui di jalan atau di mana saja. Tidak jarang terjadi
bahwa dalam razzia yang dilakukan polisi itu tertangkap juga
mereka yang bahkan belum kawin atau telah kawin tapi belum punya
keturunan. Seorang korban dari sterilisasi paksaan itu, dengan
sedih berkata: "Perempuan menganggap kami bukan lelaki lagi
karena itu kami disuruh saja kerja di dapur". Seorang lainnya
berkata: "Saya tidak merasa lelaki, tapi juga tidak merasa
perempuan".
Laporan-laporan yang kini beredar luas di India menyebut dua
negara bagian - Haryana dan Bihar sebagai tempat terkasar
pelaksanaan program keluarga berencana itu. Dan di dua negara
bagian itulah pula Partai Kongres dikalahkan secara total. Pada
pemilihan Umum tahun 1971, semboyan Indira Gandhi yang amat
populer adalah "Garibi Hatao" (Hapuskan Kemiskinan). Pada
pemilu bulan silam. di Haryana dan Bihar, semboyan oposisi yang
populer adalah: "Indira Hatao, Indri Bachao " (Singkirkan
Indira. Selamatkan Alat Kelamin).
Tindakan kongkrit Narain begitu memasuki kantornya adalah
mebuang semua bahan propaganda Keluarga Berencana bikinan
pemerintah lama. "Cara-cara yang mereka pakai sungguh tidak
sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan India", katanya. Pemerintah
India sekarang ini, kabarnya bahkan akan menghapus program
Keluarga Berencana itu. "Dengan perbaikan pelayanan kesehatan
dan sanitasi umum, dengan menyediakan fasilitas seperti air
minum yang bersih, akan lebih banyak hasil yang dicapai dalam
menggerakkan rakyat untuk menerima keluarga kecil sebagai
norma", kata Narain pekan silam. Betulkah segampang itu - atau
ini pun hanya propaganda yang bisa menyesatkan -- entahlah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini