Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUNIA aktivisme tak menyurutkan semangat Usman Hamid, 46 tahun, untuk terus menjalani hobinya bermain musik. Bahkan belakangan ini aktivis hak asasi manusia itu mulai merambah musik beraliran rock.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia itu mengatakan sedang menggarap sejumlah lagu rock yang siap dirilis. Tema lagu ciptaannya beragam, dari tragedi Kanjuruhan, isu lingkungan, hingga konsorsium judi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu lagu ciptaannya yang sudah dirilis berjudul “Sa Kong Sa”. Lagu itu merupakan kritik terhadap kehidupan para pejabat yang mempunyai hobi berfoya-foya dari uang pajak, pungutan, dan setoran ilegal. Tembang itu juga menyoroti kebobrokan penegak hukum. “Saya ingin menyampaikan pesan itu melalui lagu,” kata Usman tentang lagunya itu.
Lagu beraliran rock tersebut dirilis dalam sebuah konser yang digelar di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta Barat, pada akhir Maret lalu. Usman memainkan lagu ciptaannya itu bersama vokalis Once Mekel dan Fajar Merah—gitaris yang juga putra penyair Wiji Thukul.
Usman menjelaskan, lagu-lagu baru itu dibuat karena ia merasa sejumlah lagu lamanya tak bisa lagi mewakili peristiwa masa kini. Ia mengaku sulit mengenalkan lagi lagu-lagu lamanya semasa sekolah menengah atas dan kuliah. “Ketika diciptakan masa itu, lagu menjadi milik ruang dan waktu kala itu juga,” ujar pria yang pernah tergabung di Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan ini.
Dari situ Usman berkesimpulan, kalau ingin menghadirkan lagu yang dimiliki oleh ruang dan waktu pada hari ini, lahirkanlah karya yang baru. “Karya musik menjadi sarana menyampaikan hal penting yang mudah dimengerti lintas masyarakat,” ucapnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo