P oco-Poco—lagu daerah Ternate—benarbenar menikmati manisnya pasar lagu di Tanah Air. Bahkan karya Arie Sapulette itu menemani para penjoget di Belanda dan Amerika Serikat dan menjadi "lagu wajib" per-helatan orang Indonesia di perantauan.
Bagi Yopie Latul, pelantun Poco-Poco—menyabet AMI Sharp Award 2001 untuk kategori disko, house music, rap, dan dance music—keberhasilan itu membawa berkah. Antara lain, jadwal pentas yang padat. Malah, dalam dua tahun terakhir, ia tampil dalam acara "Pasar Malam Asia" di Belanda. Dan lagu Poco-Poco tak boleh lupa. Tahun depan Yopie bakal terbang ke AS. Mestinya, makin padat acara, makin tebal pula dompet. Yopie tak mengelak. Cuma, "Kalau untuk beli mobil atau rumah baru, wah, belum ada itu," ujarnya tergelak.
Tapi ketenaran Poco-Poco—pertama kali dinyanyikan grup Nanaku pada 1993—ternyata membuat Yopie berurusan dengan polisi. Dua pekan lalu ia dipanggil ke Polda Metro Jaya untuk diminta keterangan sebagai saksi. Rupanya, pihak PT Kie Raha Intraprindo, produser Poco-Poco, keberatan dengan beredarnya VCD senam Poco-Poco oleh pihak lain. Sementara itu, bagi Yopie, "Saya rugi karena lagu dan suara dipakai, tapi tak pernah dikasih tahu." Tentu bukan hanya soal diberi tahu to Yopie?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini