Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengungkapkan harga avtur dan berkurangnya jumlah armada pesawat udara memicu harga tiket pesawat domestik mahal.
“Harga avtur kita itu masih belum kompetitif,” kata Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenparekraf Dwi Marhen Yono di sela pameran pariwisata BBTF ke-10, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis.
Ia menjelaskan harga avtur memegang peranan sebesar 39,5 persen terhadap harga tiket pesawat udara.
Sedangkan harga avtur di tanah air, kata dia lagi, masih lebih mahal sebesar Rp 4.000 dengan yang berlaku di Singapura dan sebesar Rp 7.000 dengan yang berlaku di Dubai, Uni Emirat Arab (UAE).
“Sehingga Presiden melalui Menko Marves (LuhutBinsar Panjaitan) sudah memerintahkan Pertamina untuk mengevaluasi biar harga avtur itu kompetitif,” ujarnya lagi.
Dwi menambahkan harga avtur di negara lain yang lebih murah, karena mendapat subsidi dari pemerintah misalnya di Dubai. Sedangkan saat ini di tanah air, kata dia, ada prioritas alokasi subsidi energi untuk bahan bakar minyak (BBM) di luar avtur.
Selain harga avtur, salah satu faktor yang menyebabkan harga tiket pesawat udara untuk rute domestik mahal karena armada pesawat yang belum sepenuhnya dikerahkan.
Dwi menyebutkan, sebelum pandemi Covid-19 ada sekitar 1.200 armada pesawat udara dan saat ini sekitar 800 armada yang baru dikerahkan pascapandemi Covid-10.
Dwi menuturkan kondisi itu disebabkan operator pesawat udara belum pulih 100 persen untuk mobilisasi armada pesawat udaranya setelah terdampak pandemi.
Sebagai gambaran harga tiket pesawat yang diakses melalui aplikasi perjalanan daring untuk penerbanganlangsung rute Jakarta-Kuala Lumpur sekali jalan pada Kamis, 20 Juni 2024 dengan waktu keberangkatan rentang pukul 08.00-09.00 WIB menggunakan maskapai berbiaya murah sebesar Rp 831.672 per orang.
Sedangkan harga rute Jakarta menuju Bali pada tanggal, waktu dan maskapai yang sama harganya justru lebih mahal yakni mencapai Rp 1.553.447 per orang sekali jalan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini