TEMPO.CO, Bandung - Suara balok kayu saling beradu mengiringi putaran roda-roda yang digerakkan sejumlah wanita di sudut ruangan. Roda-roda tersebut menghasilkan gulungan benang warna-warni yang disebut benang pakan. Benang-benang inilah yang nantinya akan ditenun menggunakan alat tradisional yang disebut alat tenun bukan mesin atau ATBM.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warga Kampung Leuwinanggung, Desa Talun, Kecamatan Ibun, tersebut menyebut ATBM dengan istilah tustel. Suara kayu beradu tadi berasal dari para perajin yang tengah menenun menggunakan tustel. Warga di sekitar Ibun dan Majalaya sebagai sentra tekstil ternama di Indonesia sejak era penjajahan Belanda dulu sudah mahir menggunakan tustel secara turun-temurun. Setelah 100 tahun berlalu, tinggal satu industri tenun yang tetap mempertahankan penggunaan tustel atau ATBM hingga generasi ketiga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kain-kain tenun berkualitas tinggi tersebut merupakan pesanan pelanggan atau distributor tenun dari Sumatera, Kalimantan, dan kota-kota besar di Jawa. Oleh para pedagang tadi, kain tenun dari Ibun ini melanglang sampai ke luar negeri. Salah satu bukti yang menarik adalah mesin pintal benang yang disebut mihane terbuat dari kayu jati berusia lebih dari 100 tahun. Menurut Evi mesin tersebut dibuat oleh kakeknya dan hingga kini masih terus digunakan.
Jurnalis Video: Prima Mulia
Editor: Zulfikar Epriyadi