Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan terkejut mendengar harga cabai rawit merah melonjak hingga Rp 120 ribu per kilogram di Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat. Informasi itu ia dapat dari pedagang rempah-rempah yang dia kunjungi saat mengecek harga sembako di hari kelima bulan Ramadan 2025.
"Cabai rawit? Rp 120 ribu?" ujar Zulhas memastikan ulang ke pedagang di sebuah kios di Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 Maret 2025. Zulhas sempet geleng-geleng kepala mengetahui harga cabai rawit merah naik dua kali lipat dari harga acuan pemerintah (HAP) Rp 40 ribu hingga Rp 57 ribu per kg. "Wah ini cabai makin naik aja, ya," katanya kemudian.
Menurut Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) itu, harga cabai melonjak drastis karena ada ketidakseimbangan antara permintaan pasar dan pasokan yang tersedia. Ia memperkirakan cabai rawit menjadi primadona dalam bumbu dapur untuk mengolah masakan berbuka puasa. Namun, dengan kondisi curah hujan tinggi Zulhas menyebut pertanian cabai otomatis terdampak.
"Jadi kalau ada hujan, kayak sekarang, terus-menerus, panennya gagal," ucapnya. Ia menganalisis penyebab kegagalan panen adalah karena sistem pertanian yang terbuka.
Pada saat yang sama, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menjelaskan lebih lanjut dampak pertanian terbuka pada gagal panen cabai. Arief mengatakan curah hujan yang tinggi bisa merontokkan bunga dari tanaman cabai, akibatnya bakal buah itu tidak bisa tumbuh menjadi cabai.
Foto: tempo.co
Editor: Ridian Eka Saputra
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini