Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pandangan Tariq Ramadan tentang Islam banyak didengar. Ia menduduki urutan ke-49 dalam daftar 100 Global Thinkers majalah Foreign Policy. Ia juga masuk daftar 100 orang yang paling berpengaruh di dunia versi majalah Time.
Hal itu tidak hanya karena dia seorang ilmuwan Islam yang mumpuni, tapi juga karena dia cucu pendiri gerakan Al-Ikhwan al-Muslimun, Hassan al-Banna. Pemikiran Al-Banna dan gerakan Al-Ikhwan banyak mempengaruhi gerakan Islam dari Maroko sampai Maluku.
Pendapatnya semakin banyak ditunggu setelah kader Al-Ikhwan berhasil menang dalam pemilihan umum parlemen. Salah satu anggota mereka, Muhammad Mursi, pada Juni lalu terpilih menjadi presiden—presiden pertama Mesir yang dipilih secara demokratis. Sebuah hasil yang sangat mengejutkan, mengingat Al-Ikhwan semasa Presiden Husni Mubarak dilarang menjadi partai politik karena dituding berada di belakang tewasnya Presiden Anwar Sadat. Tuduhan yang tak terbukti di pengadilan.
Tapi Tariq seperti Pandawa yang terasing. Ayahnya yang memimpin Al-Ikhwan pada 1950-an, Said Ramadan, diusir Presiden Gamal Abdul Nasser dari Mesir. Ia kemudian menetap di Swiss, tempat Tariq lahir. Itulah mengapa ia hanya bisa mengamati perkembangan Mesir dari jauh. Ia belum bisa pulang ke tanah leluhurnya karena masih dicekal.
Ia pernah dicekal ke Amerika Serikat selama lebih dari lima tahun gara-gara tudingan menyumbang ke kelompok teroris. Ia bisa masuk Amerika pada 2010. Namun ia juga menjadi persona non grata alias ditolak di negara-negara muslim, yakni di Tunisia, Mesir, Arab Saudi, Libya, dan Suriah, pada 2009 karena kritik pedasnya terhadap rezim yang berkuasa.
Tapi, di Eropa, pendiri Gerakan Muslim Swiss ini dikenal karena pendapatnya yang moderat dan penting untuk didengar. Tariq pernah menjadi penasihat Uni Eropa untuk urusan agama.
Di sela kesibukannya, pada awal Agustus lalu, ia meluangkan waktu untuk wawancara dengan Vishnu Juwono dari Tempo, meski wawancara harus lewat telepon karena kesibukannya.
Anda senang melihat perkembangan Al-Ikhwan al-Muslimun sekarang?
Menurut saya, Al-Ikhwan saat ini lebih pragmatis. Saat ini mereka memakai sistem demokrasi. Mereka mulai menerima bentuk negara yang pluralis, sebagai ganti bentuk negara Islam yang mereka cita-citakan.
Mengapa?
Mereka ingin menjadi bagian penting dalam perpolitikan di Mesir, sehingga mau tak mau segala aktivitas mereka mengikuti aturan main. Bahkan saat ini mereka bersedia bernegosiasi dengan tentara.
Bukankah itu bagus?
Masalahnya, situasi di Mesir itu sangat kompleks. Saya telah menulis buku berjudul The Arab Awakening: Islam and the New Middle East. Di sana saya menjelaskan bahwa situasi yang terjadi di Mesir lebih terkait dengan tentara dibanding faktor-faktor lain. Keterlibatan Al-Ikhwan dalam politik baru terjadi setelah fenomena Arab Spring dan saat sekarang ketika mereka mempunyai otoritas, meskipun tidak menggenggam kekuasaan yang sesungguhnya. Situasi di sana juga masih penuh ketidakpastian setelah Presiden Husni Mubarak diturunkan.
Revolusi Mesir dan Tunisia sebelumnya telah membawa pengaruh ke negara sekitar. Setelah Muammar Qadhafi jatuh di Libya, kini Suriah terus membara. Beberapa negara, seperti Bahrain dan Yaman, pun tegang. Menurut Anda, peta Timur Tengah berubah?
Saya tidak terlalu optimistis terhadap fenomena tersebut. Atau lebih tepatnya, saya optimistis tapi penuh dengan kehati-hatian.
Mengapa?
Kita tidak boleh hanya melihat faktor politik, tapi juga faktor ekonomi. Faktor ekonomi di negara-negara Arab bisa menyebabkan kemunduran demokrasi yang sudah dicapai. Benar bahwa di Timur Tengah terjadi perubahan, tapi proses tersebut belum selesai. Seperti yang kita lihat, hanya Tunisia yang sudah mengalami perubahan yang cukup besar. Sedangkan negara lain, seperti Suriah dan Yaman, bahkan juga Mesir, masih penuh ketidakpastian. Masih sulit meramalkan apa yang akan terjadi di negara-negara tersebut.
Oke, jika memang soal politik tidak berubah, apakah peta aliran Islam—liberal, moderat, ataupun konservatif—berubah di negara-negara tersebut? Bukankah kelompok Islamis mendapat tempat dengan memenangi pemilihan di Tunisia dan Mesir?
Menurut saya, kita perlu melihat lebih luas dari sekadar polarisasi antara kelompok sekuler di satu sisi dan kelompok Islam konservatif di sisi lain. Banyak pola baru terjadi yang perlu kita amati di sana. Pertanyaan utamanya adalah bagaimana kita melihat apa yang terjadi di sana secara komprehensif.
Apa maksudnya?
Bahwa perlu dipertimbangkan untuk memasukkan unsur geo-strategi dan komponen ekonomi, karena memang sulit memprediksi apa yang akan terjadi di sana tanpa melihat keduanya. Sekali lagi, kita harus melepaskan diri dari polarisasi antara kelompok sekuler dan kelompok Islam ke sesuatu yang lebih relevan, seperti masalah independensi ekonomi, kebijakan di sektor pendidikan, keadilan sosial, serta pengakuan terhadap peran masyarakat sipil.
Apakah gerakan pembaruan atau modernisasi akan berhasil di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara? Atau di mana mungkin akan berhasil?
Pembaruan atau modernisasi bisa terjadi di mana saja. Namun, yang pasti, prosesnya (demokratisasi dan modernisasi) tidak bisa mundur kembali. Kemajuan tetap ada meski hanya beberapa langkah, seperti melemahnya kediktatoran, tapi demokrasinya masih terkontrol. Sebagai contoh dalam kasus Mesir, kita harus melihat peran militer di sana masih besar.
Menurut Anda, bagaimana perkembangan di Suriah?
Amat disayangkan negara-negara besar sepakat untuk tidak sepakat dalam hal ini, terutama Amerika Serikat dan Rusia. Sekarang yang terjadi adalah mendorong proses perubahan dari dalam dengan mempersenjatai pihak oposisi agar terjadi pemberontakan bersenjata. Dengan demikian, diharapkan pihak oposisi dapat mengambil alih kekuasaan pada saatnya nanti.
Lalu bagaimana Bahrain?
Selama ini apa yang terjadi di Bahrain digambarkan secara tidak benar, karena seolah-olah terjadi konflik antara kelompok Syiah dan Sunni. Padahal yang sesungguhnya terjadi di sana adalah rakyat tidak senang terhadap rezim yang berkuasa, sehingga mereka melawan. Namun tentu saja pihak Barat dan para kapitalis mempunyai kepentingan agar para pemberontak tidak menyentuh kerajaan karena akan mengganggu kepentingan mereka, terutama terkait dengan ketersediaan minyak.
Bagaimana dengan Yaman?
Di Yaman akan terjadi proses yang sangat panjang. Saat ini yang kita lihat tidak terjadi perubahan seignifikan, tapi tetap terjadi perlawanan dari dalam, yakni bagaimana kelompok Salafi berusaha memainkan perannya. Ini merupakan kondisi yang sangat sulit. Tapi Yaman akan mempunyai peran yang sangat penting di Timur Tengah karena di sana terdapat kantong-kantong kelompok ekstremis yang menggunakan kekerasan.
Menurut Anda, apakah negara Islam memang relevan?
Yang ada saat ini adalah negara dengan penduduk mayoritas muslim seperti Indonesia. Soal negara Islam, yang terpenting adalah bagaimana prinsip-prinsip Islam diterapkan. Bukan negara yang secara eksplisit menyatakan menganut sistem syariah Islam tapi tidak melaksanakan prinsip-prinsip keislaman.
Apa ukuran sebuah negara telah menjalankan prinsip Islam?
Ada enam prinsip yang seharusnya diterapkan dalam kehidupan bernegara, yakni penegakan hukum, kesetaraan warga negara, hak pilih yang universal, akuntabilitas, separasi kekuasaan, dan etika dalam berpolitik. Selain itu, dengan adanya perbedaan antara otoritas agama dan otoritas bernegara, maka otoritas agama akan membangun kerangka etika bagi tindakan dan komitmen politik dari para pemimpinnya. Karena itu, menurut saya, enam prinisip tersebut seharusnya dapat diterapkan di negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim.
Anda besar di Eropa. Bagaimana menurut Anda perkembangan muslim di sana?
Keadaan terus berubah. Namun muslim di Eropa masih menghadapi berbagai tantangan. Saat ini kita melihat terjadi semacam revolusi yang tersembunyi dalam komunitas Islam di Eropa. Namun mereka berhadapan dengan gelombang gerakan populis yang dilatarbelakangi oleh trauma masa lalu yang mencoba menggambarkan kaum muslim sebagai sumber masalah di negara-negara Eropa ini.
Anda pernah ke Indonesia. Apa pendapat Anda mengenai Islam di Indonesia?
Saya rasa yang terjadi di Indonesia sangat menarik, walaupun masih ada berbagai aspek yang perlu dibenahi, seperti masalah korupsi, penegakan hukum, serta masalah transparansi dan etika dalam bernegara. Namun saya percaya Indonesia akan memainkan peran yang lebih penting. Bukan hanya dari segi ekonomi seperti yang ditonjolkan saat ini, melainkan juga dalam aspek yang lain. Kita juga melihat terjadinya pergeseran kekuatan ke negara-negara yang terletak di kawasan timur. Negara-negara seperti Cina, India, Indonesia, dan Malaysia akan mempunyai peran yang sangat penting dalam beberapa dekade ke depan.
Tariq Ramadan Pendidikan:
Pekerjaan:
Pengakuan:
Buku:
Tempat dan tanggal lahir: Jenewa, Swiss, 26 Agustus 1962
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo