Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

<font size=2 color=#FF0000>Rini Mariani Soemarno:</font><br />Kami Tak Seksi-seksi Amat

25 Agustus 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAMA tak terdengar kabarnya, Rini Mariani Soemarno kembali disorot media. Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era Presiden Megawati Soekarnoputri ini tidak ikut-ikutan memeriahkan demam politik menjelang Pemilihan Umum 2009. ”Ada yang nawarin, tapi aku enggak mau,” katanya. ”Enough!”

Setelah sukses membesarkan bisnis ­sepeda motor Kanzen, Rini memi­lih terjun ke bisnis televisi berbayar. Kendati­ cukup berat, lantaran harus ber­saing dengan televisi nasional yang me­muja rating, Rini yakin bisa mengem­bangkan pasar televisi berlang­ganan. ”Pasar akan berubah,” katanya.

Rini mengibarkan panji Aora TV (PT Karyamegah Adijaya). Ketika selusin televisi nasional tak ada yang bersedia membeli hak siar Olimpiade Beijing 2008, Aora TV maju menantang. Alhasil, pesta olahraga sedunia, termasuk pertandingan bulu tangkis yang mendatangkan emas bagi Indonesia, itu ditayangkan langsung oleh Aora TV. Televisi berlangganan ini pula yang membeli hak siar Liga Inggris 2008/2009, turnamen sepak bola papan atas.

Ditemui Grace S. Gandhi, Agoeng­ Wijaya, Sapto Pradityo, dan Iqbal Muhtarom dari Tempo, Kamis pekan lalu di Jakarta, Presiden Komisaris PT Karyamegah Adijaya ini lincah dan bersemangat menjawab berbagai pertanyaan. Ia didampingi Chief Operational Officer Karyamegah, Gaby Motuloh; Presiden Direktur PT Semesta Citra Dana, Lukas Masehi; dan PR & Government Relations Manager Kar­yamegah, Dinar Hanggarani.

Bagaimana ceritanya dari bisnis sepeda motor ke televisi?

Setelah tidak menjabat (Menteri Perindustrian dan Perdagangan) lagi, saya balik ngurusin Kanzen. Waktu itu lagi banyak persoalan juga, jadi berkonsentrasi penuh membereskan Kanzen. Nah, waktu ngobrol sama teman-teman, ada usul untuk terjun ke bisnis media cetak, koran atau majalah. Banyak yang menawari. Propo­salnya beraneka ragam. Memang sempat kepengen. Ada juga yang bilang, (malah) Vogue belum ada hak franchise-nya di sini. Bingung. Tapi akhirnya saya dan Ongki (Presiden Direktur PT Karyamegah Adijaya, Ongki P. Soemarno) melihat bisnis televisi cukup profit.

Kapan mulai serius membidik TV?

Awal tahun lalu. Dimulai dari mempelajari aturannya. Kami memilih pay-TV karena televisi konvensio­nal harus mengejar rating. Harus punya­ program yang sangat menarik sehing­ga bisa menarik iklan. Kok, serem juga? Lalu ada riset, Asia punya poten­si yang sangat besar untuk TV berlang­ganan. Oke. We should go on pay-TV.

Tidak seret menarik pelanggan?

Mungkin sekarang sudah satu juta pelanggan untuk seluruh TV berbayar di Indonesia. Kami sendiri baru punya sekitar 2.000 pelanggan.

Tetap optimistis mengembangkan bisnis ini?

Memang butuh waktu lama untuk membuat orang beralih ke produk baru. Terus terang, bisnis TV berlangganan di Indonesia masih berat. Apalagi, dengan begitu banyaknya stasiun televisi nasional, mungkin yang terbanyak di dunia. Tapi saya dan Ongki yakin pasar akan berubah. Pay-TV tidak lagi dilihat sangat elitis.

Bagaimana awalnya berjodoh dengan Karyamegah?

Kami memang waktu itu berbicara dengan beberapa pihak, termasuk Karyamegah. Setelah Karyamegah mendapat izin prinsip, mereka sadar ternyata investasinya tidak sedikit. Dari izin prinsip menjadi izin permanen harus melalui proses uji coba yang membutuhkan dana. Jadi, kepada mereka, kami bilang mau berinvestasi.

Sekarang 95 persen kepemilikan saham ada di keluarga Soemarno?

Saya dan Ongki. Lewat PT Arono International. Sisanya dimiliki Indonesia HGC Telecommunication.

Ada saham Solihin Kalla (putra Wakil Presiden Jusuf Kalla) di lima persen ini?

Ada juga.

Ketika kami konfirmasi, Pak Kalla bilang tidak tahu. Malah berterima kasih sudah diberi tahu….

Ha-ha-ha… saya rasa beliau tidak tahu, itu urusan anaknya. Saya juga tidak memberi tahu Pak Kalla.

Ketika akhir Agustus 2007 mengambil Karyamegah, nilainya berapa?

He-he-he... itu saya tidak bisa bilang. Tidak fair terhadap orangnya.

Arono perusahaan baru?

Arono International sebenarnya sudah lama. Saya dan kakak saya memang berpikir untuk mengkonsolidasikan beberapa investasi kami bersama-sama. Ya... sudah tambah umur, sama-sama menyadari perlu menyiapkan buat anak-anak supaya bisa tetap sama-sama. Arono rencananya menjadi investment holding company, bukan operational company.Bagaimana ceritanya sampai Aora TV mendapat hak siar Olimpiade Beijing?

Prosesnya panjang. Pertengahan Juli lalu kami mendengar siaran Olimpiade Beijing 2008 untuk televisi berbayar tidak ada yang beli. Ongki langsung bilang, masak Indonesia mau nonton pertandingan bulu tangkis di Olimpia­de tidak bisa? Awalnya, kami belum mau menawarkan program kami ke masyarakat. Kami mau tunggu sampai punya 50 kanal. Jadi baru mau benar-benar diluncurkan akhir Januari atau Februari tahun depan. Tapi, karena Ongki memang gila olahraga, akhirnya kami memutuskan jalan dengan Olimpiade Beijing. Ya, jungkir balik juga. Kacau-balau. Waktunya sempit dan sumber daya kami harus bekerja keras.

Lalu bagaimana sampai dapat Liga Inggris?

Pada 1 Agustus, Ongki diberi tahu temannya untuk membuka situs ESPN Star Sport. Ada penawaran terbuka untuk Liga Utama Inggris. Ongki bilang, kalau orang mau tahu Aora, ini saatnya. Kalau mau betul-betul dikenal, hanya ada dua cara: menjadi very good news channel atau very good sport channel. Kami masuk yang kedua dulu. Sabtu pagi-pagi sekali, 16 Agustus, ESPN Star Sport memberi tahu: kami dapat! Sorenya kami langsung tanda tangan.

Tidak ada pesaing dari Indonesia sama sekali?

Kami tidak tahu karena ditawarkan ke semua pay-TV. Sekarang, setahu saya, mereka memproses penawaran untuk free tv. Saya rasa terbuka.

Proses tendernya?

Sebelumnya, ESPN Star Sport menawar dulu. Mereka awalnya memberi tawaran US$ 25 juta. Akhirnya, kami dapat US$ 20 juta atau sekitar Rp 184 miliar. Untuk Olimpiade Beijing, hak siarnya US$ 500 ribu (sekitar Rp 4,6 miliar) selama tiga minggu.

Kok, mereka berani memberi hak siar ke operator baru?

Syarat utamanya ada di harga. Tapi memang kami ditanya saya siapa, Ongki siapa, apa usaha kami. Mereka juga minta riwayat hidup dan program kami.

Tidak takut kalau tahun depan tidak ambil Liga Inggris, bakal ditinggal pelanggan?

Enggak. Sebagai pemain baru, kami merasa ini kesempatan emas. Kami tidak menjanjikan apa-apa. Kemampuan kami masih di sini, tidak tahu nanti. Kami ini tidak seksi-seksi amat. Baru punya 12 kanal untuk setahun ke depan. Dibikin seksi dengan Liga Inggris.

Dulu Astro dituduh memonopoli ketika mendapat hak siar Liga Inggris. Tidak takut dituding serupa?

Kami tidak merasa begitu. Itu betul-betul tender terbuka, siapa pun boleh masuk. Jadi saya tidak mengerti monopolinya di mana.

Yang mendapat izin prinsip kan PT Karyamegah Adijaya? Dengan komposisi saham berubah, apakah itu tak masalah?

Tidak. Memang banyak pihak yang terkecoh. Izin prinsip diberikan kepada PT Karyamegah Adijaya. Jadi melekat di perusahaan itu. Ini se­suai dengan Undang-undang dan peraturan tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan.

Perubahan kepemilikan ini mulai disorot....

O, ya... Tempo juga berkali-kali menulis ini. Nah, itu yang terus terang saya tidak mengerti dasarnya. Bagi saya, tidak apa-apa disorot. Memang keadaannya begitu. Kami sudah melalui prosedur. Waktu mau membeli saham Karyamegah, tiga legal opi­nion kami gunakan. Ya, namanya orang mau mengeluarkan duit, seratus perak pun juga hati-hatilah. Kalau mau safe ketika melakukan sesuatu, ya harus mengikuti hukum. Nah, sesuai dengan peraturan, izin tidak boleh dipindahtangankan. Izinnya tidak dipindahtangankan, tetap atas nama PT Karyamegah Adijaya.

Apakah undang-undang memang tidak terlalu detail menyebutkan bagaimana kalau ada perubahan kepemilikan saham?

Jelas. Undang-undangnya jelas, kalau ada perubahan anggaran dasar, harus lapor. Perubahan anggaran dasar tandanya perubahan kepemilikan. Sudah kami laporkan semua.

Apakah dalam hak siar ini Aora bekerja sama dengan Astro lewat All Asia Multimedia Network?

Tidak. All Asia Network mempunyai beberapa hak siar di beberapa negara. Dengan adanya pembeli baru, All Asia harus melepaskan haknya di Indonesia, dikembalikan ke ESPN Star Sport. Jadi waktu acara penandata­nganan, All Asia juga ada.

Mungkin karena itu Aora diberitakan menggandeng Astro? Karena All Asia salah satu anak perusahaan Astro?

Ya, mau apalah, terserah. Berita di luar boleh. Tidak apa-apalah terkenal sedikit. Ada bagusnya juga, promosi gratis.

Jadi Astro sama sekali tidak punya saham di Karyamegah?

Sama sekali tidak ada.

Tapi Aora pakai satelit Measat 3 kepunyaan Astro?

Nah, itu mungkin ya, kalau orang lalu mengaitkan ke sana. Measat 3 milik perusahaan Ananda Krishna. Mungkin juga kami dikaitkan dengan Astro karena kebetulan adik Krishna­ dulu teman kuliah Ongki di Harvard Business School. Kami menggunakan Measat 3 karena mereka memiliki empat transponder, sedangkan Indosat satu. Kalau satu transponder, tidak mungkin bisa survive. Satu transponder bisa untuk 12 kanal. Jadi itu dasarnya.

Berapa investasi yang dibutuhkan Aora untuk mendapat 50 kanal TV?

Ya... investasi sampai Februari Rp 450-500 miliar.

Dari mana dananya?

Lokal.

Bukan Astro, ya?

Dari tadi saya katakan sama sekali tidak ada. Kalau Anda tanya ini terus, nanti saya matikan (menunjuk alat perekam).

Kalau soal Kanzen, kabarnya mau memproduksi sepeda motor dua tangki berbahan bakar gas dan bensin?

Akan kami luncurkan Desember nanti di Jakarta Motor Show.

Ini baru pertama kali di Indonesia?

Ya. Sebelumnya kami sudah mematenkan yang tangki ganda. Mungkin satu-satunya di dunia. Tangki ada di depan dan di belakang. Jadi, kalau tangki sepeda motor bebek biasanya sekitar 4,5 liter, dengan tangki ganda bisa sampai 8,5 liter. Itu sudah dipatenkan di Cina, India, pokoknya di Asia kami yang patenkan. Perkembangan krisis energi belakangan membuat engineer kami punya ide tangki bahan gas dan bensin. Prinsip kerjanya kayak handset telepon seluler yang bisa menggunakan kartu dari dua operator seluler.

Engineer-nya dari Indonesia?

Ya! Aku selalu merasa dilecehkan soal Kanzen ini. Awalnya, aku senang naik kereta api Sin Kanzen waktu di Jepang. Jadi sepeda motor ini kunamai Kanzen. Hanya, karena keluarnya berbarengan dengan motor Cina, langsung dipikir Kanzen motor Cina. Padahal semuanya buatan orang Indonesia.

Sekarang citra masyarakat tentang Kanzen sudah berubah?

Sekarang sudah jauh lebih baik. Saya targetkan akhir tahun depan bisa berproduksi sampai 10 ribu per bulan.

Tahun depan mau pemilihan umum, sudah ada partai politik yang mengajak?

Ha-ha-ha... ndaklah…. Saya tidak tertarik. Saya enjoy sekarang. Saya bersyukur mendapat kesempatan masuk kabinet. Saya merasa begitu tersanjung dan berterima kasih kepada Ibu Megawati yang telah memberi saya kepercayaan itu. Tapi, setelah kembali ke swasta, saya menyadari betul bahwa saya orang swasta.

Pusing dengan politik?

Bukan. Terus terang begini: kalau di swasta, orang benar-benar bekerja keras. Orang bisa yakin dengan apa yang dikerjakan.

Menjadi birokrat tidak jelas?

Sudah kerjanya capek....

Tidak ada hasilnya?

Kadang, biarpun ada hasil, bukannya dipuji bagus, tapi tambah diserang ndak karu-karuan. Sudah. Enough....

Pantas dulu tegang terus, ya?

Ha-ha-ha... ya, bener, lo. Sumpah. Kalau aku lihat foto, ya... rasanya tegang melulu. Terus terang, saya stres. Dan itu memberi dampak yang besar ke anak-anak. Mereka yang paling merasakan, terutama anak saya yang tertua, ngerasain betul stres saya.

Tapi... sudah ada yang mendekati?

Ah, ndak mau jawab. Pokoknya, enggak, deh.

Rini Mariani Soemarno

Tempat/Tanggal Lahir: Maryland, Amerika Serikat, 9 Juni 1958 (bungsu dari lima bersaudara)

Pendidikan: Sarjana ekonomi Wellesly College, Massachusetts, Amerika Serikat, 1981

Pengalaman kerja:

  • Presiden Komisaris PT Karyamegah Adijaya, 2008
  • Presiden Direktur PT Semesta Citra Motorindo (Kanzen Motor), sampai sekarang
  • Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2001-2004
  • Presiden Direktur PT Astra International Tbk., 1998-2000
  • Direktur Keuangan PT Astra International Tbk., 1990-1998
  • Staf Ahli Departemen Keuangan, 1998
  • Citibank, 1982
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus