Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penceramah Abdul Somad belakangan menjadi buah bibir setelah video ceramahnya tiga tahun silam dituding menghina agama Nasrani. Meskipun Somad telah melakukan klarifikasi terkait ceramahnya itu, sejumlah pihak tetap melaporkannya ke polisi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo merangkum sejumlah fakta kontroversi ceramah Somad tersebut. Berikut 5 fakta yang berhasil Tempo kumpulkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Klarifikasi Abdul Somad
Setelah video itu viral di media sosial, Abdul Somad melakukan klarifikasi soal konten ceramahnya itu. Dia menyatakan bahwa ceramah itu dilakukan tiga tahun lalu, dia mempertanyakan kenapa video tersebut baru tersebar luas dan dipermasalahkan sekarang.
Selain itu Somad juga menyatakan bahwa ucapannya soal salib dan patung dalam kaidah Islam tersebut merupakan jawab atas pertanyaan salah satu jamaah yang hadir dalam pengajian itu.
Dia juga menyatakan bahwa konten tersebut sebenarnya hanya untuk internal umat musim saja.
2. Dilaporkan ke polisi
Langkah Somad memberikan klarifikasi tak mengurungkan sejumlah pihak untuk mengadukan dia ke polisi. Di Nusa Tenggara Barat, Ormas Brigade Meo melaporkan Somad ke Kepolisian Daerah setempat dengan tuduhan penistaan agama.
Di Jakarta komunitas Horas Bangso Batak juga melaporkan Somad ke Polda Metro Jaya. Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) juga ikut melaporkan Abdul Somad ke Subdirektorat V Siber Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Timur, Selasa, 20 Agustus 2019.
Dalam isi laporannya, GAMKI menyesalkan ucapan Abdul Somad dalam sebuah video yang mengatakan di salib ada iblis dan jin kafir. Disebutkan pula sebuah ajakan untuk membenci suatu agama atau golongan, yaitu untuk menutup simbol salib jika menemukannya.
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) juga melaporkan Somad ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri. Mereka menyatakan bahwa ucapan Somad dalam video tersebut telah menistakan agama Nasrani.
3. Tanggapan MUI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Rabu kemarin menggelar pertemuan dengan Abdul Somad. Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi MUI Masduki Baidlowi mengakui adanya satu diskusi di internal pengurus majelis ihwal isi ceramah ustad Abdul Somad soal patung dan salib.
Terhadap kegaduhan yang muncul akibat ceramah itu, Masduki mengatakan akan berupaya meredamnya dengan melakukan silaturahmi dengan pemuka-pemuka agama lainnya.
MUI juga berharap silaturahmi itu bisa membuat kasus hukum Abdul Somad dihentikan.
4. Tak akan meminta maaf
Abdul Somad menyatakan tak akan menyampaikan permintaan maaf atas kegaduhan dari ceramahnya yang menyinggung sejumlah umat Nasrani. Saat ditanya kemungkinan itu, dia justru menjelaskan bahwa ceramahnya sesuai dengan ajaran Islam.
"Saya menjelaskan tentang aqidah agama saya, dengan komunitas umat Islam, di dalam rumah ibadah saya, bahwa kemudian ada orang yang tersinggung dengan penjelasan saya, apakah saya musti meminta maaf?," ujarnya.
Dia pun mengutip ayat Al Qur'an yang artinya, "Sesungguhnya, maaf, memang bunyi ayatnya begitu, Sesungguhnya kafirlah orang yang mengatakan Allah itu tiga dalam satu, satu dalam tiga." Abdul Somad menegaskan kembali bahwa penjelasan itu disampaikan kepada internal umat Islam. Namun, dia tidak menyangkal bahwa penjelasan tersebut bakal menyinggung umat agama lain jika ikut mendengarkan. "Apakah perlu saya minta maaf? Ajaran saya itu," ujar dia.
5. Ahok tak mempermasalahkan pernyataan Abdul Somad
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyatakan tak mempermasalahkan jika ada orang yang menghina lambang salib umat Nasrani. Alasan Ahok, yang bersangkutan tidak mengerti tentang filosofi salib.
“Bagi kami salib itu lambang kemuliaan Allah. Jadi kalau salib digituin oleh orang-orang yang tidak paham, bagi kami tidak masalah,” kata Ahok pada Senin, 19 Agustus 2019.
Sekretaris Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pengurus Pusat Muhammadiyah, Abdul Rohim Ghazali, termasuk yang menyayangkan isi video Abdul Somad. Namun, seperti Ahok, Rohim berpendapat apa yang diucapkan UAS tidak perlu ditanggapi.
Muhammadiyah juga mengimbau agar masyarakat dapat mendoakan penceramah yang sempat direkomendasikan menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto itu.