Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Berapa banyak energi yang Anda keluarkan untuk menyusun rencana pernikahan? Itu belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan energi yang harus Anda habiskan untuk mempertahankannya. Apalagi bagi pengantin baru. Di tengah-tengah kebahagiaan bulan madu, banyak hal yang bisa memicu pertengkaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terapis pernikahan Becky Whetstone mengatakan, umumnya pengantin baru bisa menjadi pasangan yang hebat. “Tapi begitu kue pengantin basi, mereka mulai menghadapi kenyataan bahwa pernikahan tidak semudah yang diperkirakan,” ujar dia seperti dikutip Boldsky, Jumat, 9 Agustus 2019.
Meskipun mereka sebenarnya saling mencintai, masalah-masalah berikut ini bisa memicu pertengkaran di masa awal pernikahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terlalu banyak pekerjaan rumah
Pekerjaan rumah sehari-hari membutuhkan energi yang besar. Hampir setiap pasangan pernah merasakan bahwa pekerjaan rumah sehari-hari yang mereka hadapi terlampau banyak. Mereka seolah merasa pasangan tidak membantu. Kalaupun membantu, ada saja yang seolah dilakukan dengan cara yang salah.
Pakar hubungan, Dr Judith Wright, mengatakan hal-hal sepele seperti menggeletakkan kaus kaki kotor di lantai pun bisa menjadi masalah besar. “Ini sering kali menjadi perebutan kekuasaan dan kontrol dalam suatu hubungan, masing-masing mencoba mendominasi,” kata dia.
Masalah keuangan
Ketika hanya salah satu dari pasangan itu yang bekerja dan yang satu lagi bertugas mengelolanya, maka akan muncul masalah. Salah satunya akan berpikir bahwa ia membelanjakan uang dengan bijak, sementara pasangannya sesuka hati atau boros. Masalah keuangan menjadi salah satu masalah terbesar di awal-awal pernikahan.
Waktu yang tepat memiliki anak
Kadang-kadang ada pasangan yang tidak kompak soal anak. Yang satu ingin segera memilikinya, sementara yang lain tidak. Hal ini juga bisa menimbulkan perkelahian. Tapi, perlu diketahui, mengasuh anak itu tidak mudah. Karena itu, keputusan untuk memiliki anak sebaiknya atas persetujuan keduanya.
Kurang intim
Kadang-kadang pasangan enggan mengungkapkan keinginannya tentang seks dan berharap pasangannya bisa memahami sendiri. Ini bisa menyebabkan kesalahpahaman.
Tidak memiliki “me time”
Wajar saja jika rang yang telah menikah berpikir tak ada lagi “saya”, yang ada hanyalah “kami”. Pemikiran itu baik karena itu berarti dia lebih mementingkan keluarga daripada diri sendiri.
Hanya saja, hal ini bisa jadi menjengkelkan ketika salah satu dari pasangan tidak bisa melakukan hal-hal yang biasa mereka jalani sebelum menikah. Padahal, kesenangan pribadi juga tetap dibutuhkan ketika menikah.
“Lebih mudah menjadi pasangan yang penuh kasih, baik, dan perhatian ketika Anda punya waktu untuk diri sendiri, entah itu meni-pedi atau membaca novel favorit tanpa gangguan,” ujar Melody Li, seorang pakar hubungan.
Komunikasi buruk
Kadang-kadang, orang menghadapi masalah dan mereka cenderung menyimpannya sendiri. Biasanya ini dilakukan untuk menghindari pertengkaran. Tapi jika masalah itu tidak disampaikan dengan baik ke pasangan, itu akan memicu pertengkaran yang lebih besar. Jadi, mulailah berkomunikasi dengan baik kepada pasangan.