Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Perjalanan menumpang Ratangga, kereta MRT Jakarta, mengungkap satu sistem degradation mode yang ditawarkannya dalam pengoperasian yang akan dimulai Maret mendatang. Perjalanan dilakukan Tempoco bersama puluhan jurnalis lainnya, Rabu 30 Januari 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita sebelumnya:
Menjajal Ratangga, Begini Kecepatan dan Kenyamanan Kereta MRT Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sistem itu mendukung perjalanan hari itu, antara Bundaran HI - Lebak Bulus, tepat 30 menit. Penjelasan datang dari Corporate Secretary Division Head MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin.
Dia menuturkan bahwa di setiap stasiunnya, Ratangga hanya berhenti sekitar 2-3 menit. Kamaluddin mengatakan, saat kereta berhenti terlalu lama di satu stasiun, maka selanjutnya kereta akan menambah kecepatan agar tiba tepat waktu di stasiun selanjutnya.
"Itu namanya degradation mode, agar jadwalnya terkejar," kata Kamaluddin.
Masinis kereta Mass Rapid Transit (MRT) melakukan uji coba di Jakarta, Kamis 17 Januari 2019. Jelang peresmian MRT yang akan dilaksanakan pada Maret 2019 tersebut masyarakat dapat mencoba secara gratis moda transportasi itu mulai 27 Februari. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Terkait itu, Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, menyatakan akan terus melakukan uji coba ketepatan waktu setiap perjalanan Ratangga. "Sehingga saat beroperasi nanti, jadwal kereta tak akan melenceng," katanya.
Saat Ratangga melaju, perjalanan cukup nyaman karena tak terasa guncangan apa pun, gaya kelembaman hanya terjadi saat kereta bergerak pertama. Selebihnya, sepanjang perjalanan antar stasiun seperti berselancar di atas rel yang rata.
Kamaluddin, yang ikut dalam uji coba itu, menjelaskan kereta melaju dari kecepatan 30 kilometer per jam menjadi 100 kilo meter per jam. Perubahan kecepatan terjadi saat kereta meninggalkan Stasiun Senayan karena Ratangga menambah laju kecepatannya.