Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Ada Degradation Mode di Kereta MRT Jakarta, Apa Itu?

Kereta MRT Jakarta memiliki sistem degradation mode yang ditawarkannya dalam pengoperasian yang akan dimulai Maret mendatang

31 Januari 2019 | 08.09 WIB

Petugas melakukan pengecekan kereta Mass Rapid Transit (MRT) di Stasiun Lebak Bulus, Jakarta, Kamis 17 Januari 2019. Jelang peresmian MRT yang akan dilaksanakan pada Maret 2019 tersebut masyarakat dapat mencoba secara gratis moda transportasi itu mulai 27 Februari. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Perbesar
Petugas melakukan pengecekan kereta Mass Rapid Transit (MRT) di Stasiun Lebak Bulus, Jakarta, Kamis 17 Januari 2019. Jelang peresmian MRT yang akan dilaksanakan pada Maret 2019 tersebut masyarakat dapat mencoba secara gratis moda transportasi itu mulai 27 Februari. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Perjalanan menumpang Ratangga, kereta MRT Jakarta, mengungkap satu sistem degradation mode yang ditawarkannya dalam pengoperasian yang akan dimulai Maret mendatang. Perjalanan dilakukan Tempoco bersama puluhan jurnalis lainnya, Rabu 30 Januari 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sistem itu mendukung perjalanan hari itu, antara Bundaran HI - Lebak Bulus, tepat 30 menit. Penjelasan datang dari Corporate Secretary Division Head MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin.

Dia menuturkan bahwa di setiap stasiunnya, Ratangga hanya berhenti sekitar 2-3 menit. Kamaluddin mengatakan, saat kereta berhenti terlalu lama di satu stasiun, maka selanjutnya kereta akan menambah kecepatan agar tiba tepat waktu di stasiun selanjutnya.

"Itu namanya degradation mode, agar jadwalnya terkejar," kata Kamaluddin.

Masinis kereta Mass Rapid Transit (MRT) melakukan uji coba di Jakarta, Kamis 17 Januari 2019. Jelang peresmian MRT yang akan dilaksanakan pada Maret 2019 tersebut masyarakat dapat mencoba secara gratis moda transportasi itu mulai 27 Februari. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Terkait itu, Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, menyatakan akan terus melakukan uji coba ketepatan waktu setiap perjalanan Ratangga. "Sehingga saat beroperasi nanti, jadwal kereta tak akan melenceng," katanya.

Saat Ratangga melaju, perjalanan cukup nyaman karena tak terasa guncangan apa pun, gaya kelembaman hanya terjadi saat kereta bergerak pertama. Selebihnya, sepanjang perjalanan antar stasiun seperti berselancar di atas rel yang rata.

Kamaluddin, yang ikut dalam uji coba itu, menjelaskan kereta melaju dari kecepatan 30 kilometer per jam menjadi 100 kilo meter per jam. Perubahan kecepatan terjadi saat kereta meninggalkan Stasiun Senayan karena Ratangga menambah laju kecepatannya.

Hal itu karena kereta mulai menanjak dan meninggalkan terowongan bawah tanah menuju jalur melayang. Dengan kecepatan itu, kereta MRT Jakarta hanya memerlukan waktu sekitar lima menit untuk sampai di setiap stasiun yang masing-masing berjarak satu kilometer. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus